Pemerintah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), berharap segera mendapat bantuan dosis vaksin rabies untuk anjing dan vaksin antirabies (VAR) untuk manusia. Permintaan tersebut telah disampaikan kepada pemerintah provinsi saat rapat koordinasi pencegahan rabies awal bulan lalu.
"Saat ini stoknya tidak ada. Semoga disetujui dengan cepat supaya bisa kita tangani dengan cepat," ungkap Kabag Prokopim Kabupaten Bima, Suryadin kepada detikBali, Kamis (20/10/2022).
Ia menambahkan, berdasarkan laporan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, populasi anjing di Bima mencapai 146 ribu ekor. Jumlah tersebut termasuk anjing liar maupun anjing peliharaan dan yang sudah disuntik vaksin sebanyak 2 ribu ekor pada anjing peliharaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beda VAR dengan vaksin rabies pada anjing, VAR kan untuk manusia yang rentan tertular virus atau untuk korban yang ketika digigit anjing. Populasi anjing milik warga sudah di vaksin sebanyak 2 ribu dari APBD," jelasnya.
Sementara itu, Pemda Bima juga sudah melakukan pembentukan Kader Siaga Rabies (KSR) pada tingkat Kecamatan. KAR ini bertugas untuk menangani laporan kejadian kasus gigitan yang kemudian melakukan koordinasi. Hanya saja, KSR ini dibentuk pada wilayah yang kasusnya tinggi.
"KSR di Kecamatan Sanggar sudah dibentuk tahun lalu karena kasusnya cukup tinggi. Tahun ini di Kecamatan Langgudu akan dibentuk karena ada kasus gigitan hingga warga yang meninggal," ungkapnya.
Meski sudah membentuk KAR, Suryadin mengaku tidak adanya rabies center Kabupaten yang dibentuk. Penanganan kasus rabies seperti gigitan baru dan sosialisasi dilakukan oleh UPT Disnakeswan dan UPT Dikes (Puskemas) tingkat Kecamatan dan Desa.
"Memang Rabies Center di kabupaten tidak ada, tapi seperti penanganan ketika ada kasus langsung ditangani oleh UPT Dikes (puskesmas) dan UPT Disnakeswan. Begitu ada kasus laporan langsung ditangani di situ," pungkasnya.
(iws/hsa)