Namun dari kegagalannya itu, rupanya membawa pria kelahiran 24 Oktober 1976 menjadi orang nomor satu di daerah yang terkenal dengan julukan Bumi Nggahi Rawi Pahu.
Sewaktu kecil, Kader Jelani menjalani hidupnya layak seperti anak-anak pada umumnya, namun karena sebagai anak pertama dari 6 orang bersaudara, dia memiliki tanggung jawab besar bagi adik-adiknya. Sehingga dia bekerja untuk membantu orangtua dan selalu menggantikan ibunya untuk pergi berbelanja ke pasar.
"Kalau masa muda, saya sering bantu orang tua karena saya anak pertama dari 6 orang bersaudara. Saya ikut ayah saya bekerja di proyek dan sering disuruh oleh ibu saya untuk berbelanja di pasar," cerita Kader Jaelani pada detikBali Kamis (8/9/2022).
Sebelum menjadi bupati, Kader Jaelani merupakan seorang kontraktor yang cukup terkenal di Kabupaten Dompu. Pekerjaan itu dia lakukan sejak usia SMA dan merupakan pekerjaan turunan dari almarhum ayahnya.
"Masuk SMA, saya juga ikut membantu bapak saya di proyek, saya belajar itu sejak kelas 1 SMA dengan bekerja lapangan bukan pada bagian administrasinya. Saya ngawasin proyek bapak saya, masuk kelas dua dan naik kelas 3," ulasnya.
Ketika naik kelas 3 SMA, pria yang akrab disapa Abi Jio oleh teman-temannya ini memiliki cita-cita menjadi seorang anggota TNI. Hingga pada akhirnya dia mengikuti tes calon anggota TNI di Malang pada tahun 1996. Namun sayang, Kader Jaelani gagal lolos pada tes tahap akhir.
"Cita-cita saya sebenarnya ingin menjadi TNI itu muncul waktu saya kelas 3 SMA Kosgoro. Tamat SMA coba-coba ikut tes di Malang, tujuannya ke Malang mau ikut tes TNI, tapi sesampai di sana saya juga lulus UMPTN di UNIPRO Malang, jadi saya sambil kuliah sambil ikut tes TNI," jelasnya sambil mengingat-ingat.
Dia menceritakan, saat mengikuti tes bertepatan dengan ujian Mid Semester 2. Dia pun diberikan pilihan oleh orangtuanya untuk memilih kuliah atau ikut tes TNI. Sehingga memantapkan pilihan untuk meraih cita-citanya sejak kecil.
"Saat itu saya ditanya almarhum bapak saya, mau serius yang mana? saya bilang, saya ikut tes TNI saja, supaya meringankan beban orangtua, karena saya pikir saat itu orang tua saya bukan kontraktor besar hanya kontraktor kecil, saya pikir kuliah itu butuh waktu yang lama jadi belum bisa mencari uang, dapat gaji. Kalau misalkan lolos TNI saya bisa dapat gaji dan membantu orangtua," tuturnya.
"Ternyata waktu saya ikut tes, sampai pada tes tahap terakhir saya gagal. Sempat stres. Saat itu saya hubungi orangtua bahwa saya ingin pulang ke Dompu saja. Dijawab oleh orangtua saya waktu itu saking kecewanya dengan keputusan saya yang ingin pulang karena beliau ingin saya menjadi sarjana karena sudah gagal Jadi TNI," sambungnya.
Simak Video "Video: Momen Elon Musk Joget di Rapat Umum Pemegang Saham Tesla"
(nor/nor)