Sekolah Dasar (SD) Paralel Lailara di Desa Praibakul, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kondisinya jauh dari layak. Sebab, masih berdinding bambu dan berlantai tanah.
Penanggung jawab SD Paralel Lailara, Rambu Emelia Namupraingu, menuturkan sekolah berukuran 12x6 meter itu dibangun pada 2010. Bangunannya terbuat dari dinding bambu, beratap seng, dan berlantai tanah.
Kondisi SD Paralel Lailara di Desa Praibakul, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kabupaten Sumba Timur, NTT, sangat memprihatinkan. (Dok. Melkianus Paratu) |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, satu gedung memiliki dua ruangan. Namun, satu ruang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) karena jumlah siswa masih satu rombongan belajar. Sedangkan satu ruangan lainnya difungsikan untuk kegiatan pendukung.
Bahkan kursi, meja, dan papan tulis saja, dipinjam dari SDN Tawakihu. Namun, sebagian kursi rusak hingga para guru berupaya memperbaikinya agar para siswa bisa mengikuti KBM.
"Kondisi sarana dan prasarana sekolah tersebut sangat memprihatinkan," ujar Rambu kepada detikBali, Sabtu (8/11/2025).
Hingga kini, belum ada jaringan listrik maupun internet di Desa Praibakul. Situasi ini membuat proses belajar semakin terbatas. Tidak ada rumah dinas untuk guru dan guru tetap pun belum ada yang menetap di lokasi tersebut.
"Kami berharap pemerintah Kabupaten Sumba Timur bisa memberi perhatian lebih. Kasihan anak-anak di sini. Mereka sangat rindu bersekolah, tapi jarak dan kondisi sekolah yang seperti ini membuat mereka harus berjuang lebih keras dari anak-anak di tempat lain," urai Rambu.
Kondisi SD Paralel Lailara di Desa Praibakul, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kabupaten Sumba Timur, NTT, sangat memprihatinkan. (Dok. Melkianus Paratu) |
Sementara itu, Depi Peka Amahu, guru SD Paralel Lailara menyebut jumlah siswa di sekolah tersebut sebanyak 18 orang. Rinciannya, 16 siswa sudah terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dan 2 siswa lainnya masih berstatus murid pendengar.
"Semuanya baru duduk di kelas 1 sehingga kami berharap mereka terus melanjutkan pendidikan tanpa harus menempuh jarak jauh ke sekolah lain," kata Depi.
Kepala Sekolah SD Paralel Lailara, Melkianus Paratu, mengatakan gedung sekolah itu dibangun dari hasil swadaya orang tua murid. Sejak didirikan, sekolah tersebut baru digunakan tahun ini.
"Baru satu kelas. Kelas satu saja. Sejak didirikan, tahun ini baru digunakan dan menjadi SD Paralel Lailara," kata Melki.
Menurut Melki, saat ini status SD Paralel Lailara masih numpang di SD Inpres Lailara. Sebab, sekolah tersebut belum memiliki izin operasional.
"Kalau bangku dan meja belajar itu bekas semua. Kami gunakan dari SD Tawakihu. Buku-buku materi masih dari SD Inpres Lailara," pungkas Melki.
Kondisi SD Paralel Lailara di Desa Praibakul, Kecamatan Katala Hamu Lingu, Kabupaten Sumba Timur, NTT, sangat memprihatinkan. (Dok. Melkianus Paratu) |
(nor/nor)














































