Kesaksian Keluarga PMI Ilegal Korban Kapal Tenggelam di Batam

Kesaksian Keluarga PMI Ilegal Korban Kapal Tenggelam di Batam

Lombok Tengah - detikBali
Sabtu, 18 Jun 2022 14:17 WIB
Amak Geboh ayah dari Muhammad Zohir Abas yang menjadi korban kapal tenggelam di Batam, Jumat (17/6/2022).
Amak Geboh ayah dari Muhammad Zohir Abas yang menjadi korban kapal tenggelam di Batam, Jumat (17/6/2022). Foto: Ahmad Viqi
Lombok Tengah -

Satu PMI ilegal asal Dusun Mengilok, Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, NTB atas nama Muhammad Zohir Abas (21) sempat menelpon keluarga sebelum kapal yang ditumpanginya tenggelam di Perairan Pulau Putri Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis malam (16/6/2022) kemarin.

Amak Geboh ayah dari Muhammad Zohir Abas mengetahui anaknya menjadi korban kapal tenggelam di Kota Batam melalui tetangganya pada Jumat (17/6/2022) siang sebelum berangkat Jumatan.

"Saya tahu sebelum pergi Jumatan. Awalnya saya nggak tau apa-apa. Dapat informasi dari tetangga yang datang ke rumah. Baru tahu anak saya jadi korban kapal tenggelam," kata Geboh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski mendengar anaknya tenggelam di Pulau Putri Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Geboh tetap merasa lega karena anak sulungnya itu dinyatakan selamat dari insiden kapal tenggelam yang membawa 23 calon pekerja migran Indonesia (PMI) asal NTB. "Saya dapat Informasinya dia selamat. Saya lega," ungkap Geboh.

Dari kesaksian Geboh, anaknya itu berangkat menuju Kota Batam melalui Bandara Internasional Lombok pada tanggal 9 Juni 2022 lalu. Geboh mengakui bahwa ia mengetahui anak sulungnya itu berangkat menuju Negeri Jiran melalui jalur ilegal.

ADVERTISEMENT

"Jadi dia berangkat juga dengan adik saya yang paling kecil atas nama Abdul Rahim alias Gedur (38). Adik saya ini kabarnya belum ditemukan," cerita Geboh.

Beberapa hari sebelum berangkat bersama tiga kerabatnya yakni Arum, Amat dan pamannya Abdul Rahim menuju kota Batam, kata Geboh anaknya itu sempat minta izin ke keluarga.

"Katanya mau ke Malaysia. Saya tanya surat-suratnya lengkap. Kata calonya (tekong) ngomong ke saya lengkap," kata Geboh. Pihak keluarga kata Geboh hanya mengiyakan keberangkatan korban karena berniat mencari biaya untuk membangun rumah dari hasil bekerja di Malaysia.

Setelah calo menjelaskan anaknya akan bekerja di salah satu kebun sawit di Malaysia Barat, Geboh pun mengikhlaskan anaknya pergi menuju Malaysia. "Jadi dia ngomong mau ke Malaysia, saya tidak melarang. Awalnya dia kerja di sawah kan. Setelah kerja di Malaysia dia mau bikin rumah, biar ada rumahnya," terang Geboh

Sebelum berangkat menuju Malaysia, Geboh pun menasehati M Zohir Abas untuk selalu berhati-hati ketika berangkat dari Kota Batam menuju Malaysia. Bahkan kata Geboh anak sulungnya itu baru pertama kali pergi merantau. Karena selepas lulus SMA di Praya, M Zohir Abas bekerja serabutan di kampung halamannya.

"Saya nasihati hati-hati di jalan. Mudahan tidak ada apa. Jadi sebelum insiden ini dia sudah sering nelpon di Batam. Tanya keadaan di sana sehat-sehat. Jadi malam sebelum berangkat itu dia nelpon sehat katanya di sana. Terus tiba-tiba teleponnya mati," kata Geboh.

Hingga Jumat (18/6/2022) malam, sejak insiden kapal tenggelam itu, kabar dari M Zohir Abas pun tak kunjung diterima pihak keluarga. Bahkan beberapa kali, pihak keluarga menelpon nomor ponsel korban tak kunjung mendapat jawaban.

"Sampai sekarang tidak ada jawaban. Saya berharap semoga bisa pulang saja dengan selamat," pungkas Geboh.

Menurut Kepala Dusun Mengilok H Syamsudin keberangkatan keempat warganya atas nama Amat, Arum, Abdul Rahim alias Gedur dan M Zohir Abas menuju Malaysia dari Kota Batam dipastikan tidak memiliki surat rekomendasi dari pihak dusun.

Syamsudin menjelaskan, keempat warganya itu berangkat menuju Malaysia tidak pernah melapor ke pihak dusun bahkan ke pihak desa.

"Tidak lapor mereka, tidak ada informasi apa-apa. Jadi mereka murni berangkat inisiatif sendiri," kata Syamsudin.

Dia pun tidak mengetahui terkait keberangkatan keempat warganya dari Lombok menuju Kota Batam. Bahkan kata Syamsudin, pihaknya mengetahui empat warganya tenggelam di Batam melalui media sosial.

"Yang begini itu, sulit ditahan. Makanya saya bilang sendiri, ini inisiatif pribadi, sampai mau berangkat baru kita tahu, kalau mereka illegal," pungkasnya.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads