Oha Mina dan Oha Santa, Kudapan Wajib Saat Hajatan Warga di Bima

Oha Mina dan Oha Santa, Kudapan Wajib Saat Hajatan Warga di Bima

Rafiin - detikBali
Minggu, 23 Feb 2025 23:30 WIB
OhaΒ mina, kudapan khas Bima yang disajikan saat hajatan keagamaan dan sosial warga di Bima, NTB. (Foto:Β Rafiin/detikBali)
OhaΒ mina, kudapan khas Bima yang disajikan saat hajatan keagamaan dan sosial warga di Bima, NTB. (Foto:Β Rafiin/detikBali)
Bima -

Oha mina dan oha santa adalah dua makanan tradisional khas Bima, Nusa Tenggara Barat. Dua makanan yang terbuat dari beras ketan itu biasanya disajikan saat hajatan keagamaan dan acara sosial di daerah itu. Termasuk saat warga menggelar doa menjelang berangkat haji hingga menyambut ramadan.

Sejarawan Bima, Fahru Rizki, menjelaskan oha mina berasal dari dua kata dalam bahasa Bima (Mbojo), yakni oha yang berarti nasi dan mina berarti minyak. Sedangkan, oha santa berasal dari kata oha yang berarti nasi dan santa berarti santan. Dua kudapan itu biasanya dijadikan jangko atau bingkisan hadiah.

"Saat doa berangkat haji, doa menyambut ramadan, khitanan, dan pernikahan di Bima, jangko oha mina dan oha santa ini, tetap selalu ada," tutur Rizki kepada detikBali, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rizki menuturkan jangko oha mina dan oha santa awalnya juga menunjukkan status sosial warga yang memiliki hajatan. Menurutnya, oha mina semula hanya ditemukan saat hajatan keluarga istana Kesultanan Bima.

ADVERTISEMENT

"Sementara oha santa berasal dari warga umum. Kalau sekarang, sudah tidak ada lagi perbedaan," imbuhnya.

Rizki menuturkan oha mina dan oha santa mulai dikenal di Bima sejak abad ke-19. Kala itu, oha mina hanya dibuat di internal istana Kesultanan Bima. Sejak 1960-an, oha mina mulai dikenal luas dan dapat dinikmati oleh warga Bima pada umumnya.

"Oha mina dan oha santa yang dikenal warga Bima saat ini tidak terlepas dari pengaruh tradisi atau ritual keagamaan dari wilayah Makassar, Sulawesi Selatan," ujarnya.

Jangko oha mina dan oha santa sama-sama terbuat dari bahan baku nasi ketan yang dikukus. Adapun, pembuatan oha mina menggunakan nasi ketan dicampur dengan minyak khusus, irisan hati atau daging, serta rempah-rempah.

Sementara itu, proses pembuatan oha santa lebih sederhana. Nasi ketan dicampur dengan santan kelapa dan air garam.

"Oha mina dibuat dengan spesial dan sakral. Kalau oha santa dibuat biasa saja," ujarnya.

Rizki menjelaskan oha mina ditemukan di keluarga kesultanan menjadi lebih spesial karena peraciknya hanya adalah tukang masak perempuan yang sudah ditunjuk khusus. Berbeda dengan pembuatan oha santa yang biasa dibuat oleh orang-orang Bima pada umumnya.

"Peracik oha mina ini harus menguasai doa-doa khusus yang dibacakan saat meracik oha mina dan tidak sedang dalam kondisi menstruasi," pungkasnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads