Tujuh Santriwati Al-Aziziyah Diperiksa Imbas Kasus Penganiayaan

Mataram

Tujuh Santriwati Al-Aziziyah Diperiksa Imbas Kasus Penganiayaan

I Wayan Sui Suadnyana, Ahmad Viqi - detikBali
Senin, 08 Jul 2024 18:52 WIB
Ketua LPA Mataram Joko Jumadi saat ditemui di Polresta Mataram, Senin petang (8/7/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)
Foto: Ketua LPA Mataram Joko Jumadi saat ditemui di Polresta Mataram, Senin petang (8/7/2024). (Ahmad Viqi/detikBali)
Mataram -

Sebanyak tujuh santriwati kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aziziyah, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), diperiksa polisi buntut dugaan penganiayaan Nurul Izzati. Nurul merupakan santriwati asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang meninggal pada Sabtu (29/6/2024).

Tujuh santriwati yang diperiksa merupakan teman kelas dan kamar Nurul. Lima di antaranya dilakukan pemeriksaan mulai pukul 10.30 Wita hingga pukul 18.20 Wita di ruangan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Mataram.

"Kemarin ada dua santriwati yang diperiksa. Hari ini ada lima santriwati masih berlangsung. Kemungkinan ada pemeriksaan lanjutan," ujar Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram, Joko Jumadi, saat ditemui di Polresta Mataram, Senin petang (8/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Joko mengungkapkan LPA Mataram menyiapkan tenaga psikologi guna mendampingi para santriwati dalam pemeriksaan. "Karena bagaimana pun menjalani pemeriksaan bukan hal mudah," ungkap Joko.

Pantauan detikBali, selain lima santriwati, penyidik juga memeriksa wali kelas, guru, dan kakak tingkat atau mudabbiroh (pengawas kamar) Nurul.

ADVERTISEMENT

Joko mengatakan telah berkomunikasi dengan Ponpes Al-Aziziyah dalam pendampingan bagi para santriwati yang diperiksa polisi. Tidak sekadar memberikan pendampingan, LPA Mataram juga akan membangun komitmen dengan Ponpes Al-Aziziyah untuk lebih terbuka dengan setiap permasalahan.

"Harapannya, bukan (Ponpes) Al-Aziziyah saja, tetapi secara umum. Mudah-mudahan ini menjadi pembuka, Al Aziziyah jadi contoh mewujudkan ponpes ramah anak," harap Joko.

Al-Aziziyah, sebut Joko, juga berkomitmen membangun sistem pencegahan, tata kelola penanganan permasalahan santri dan santriwati yang terjadi di ponpes.

"Hari ini banyak pondok tidak siap untuk penanganan kalau ada kasus harus bagaimana. Misalnya kalau ada anak sakit, seperti apa? Tahapannya seperti apa? Menghubungi keluarga hingga membawanya ke tenaga kesehatan," ujarnya.

Menurut Joko, pengurus pondok menjadi orang tua pengganti bagi para santri dan santriwati. Pihak pengasuh juga harus melakukan fungsi pengasuhan dan pola pendidikan.




(hsa/hsa)

Hide Ads