Masalah prostitusi online di Bali kian marak. Salah satu faktor penyebabnya munculnya PSK daring di Pulau Dewata tak terlepas dari geliat industri pariwisata.
"Sebenarnya tidak hanya karena berkembangnya pariwisata di Bali dan pekerja pariwisata di Bali yang menyebabkan banyaknya PSK online. Daerah lain yang tidak mengandalkan industri pariwisata juga cukup marak berkembang PSK online. Pariwisata hanya sebagian faktor pendukung berkembangnya PSK online," kata Sosiolog dari Universitas Udayana, I Gusti Ngurah Agung Krisna, kepada detikBali, Senin (6/5/2024).
Krisna menilai ada beberapa hal yang memicu munculnya PSK online. Pertama, faktor permintaan akibat industrialisasi di suatu daerah. Kedua, faktor perkembangan teknologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PSK daring dapat menjajakan layanannya dengan mudah hanya bermodal ponsel dan koneksi internet tanpa perantara atau persaingan dengan PSK lainnya.
Dengan kemudahan yang terfasilitasi dengan kecanggihan teknologi, operasional PSK online lebih murah ketimbang di lokalisasi. Ditambah, PSK daring dapat menentukan sendiri tarif layanan yang diberikan meski harus menyesuaikan harga pasaran.
"Demand (permintaan) pun semakin dimudahkan tanpa perlu mereka pergi ke lokalisasi. Bermodal gawainya yang terkoneksi internet, mereka bisa mendapatkan calon pemuas kebutuhan biologis. Sesuai juga dengan apa yang ditawarkan dan berapa tarif yang harus mereka bayarkan," terangnya.
Faktor lainnya cukup klasik. Tuntutan ekonomi dan keterbatasan keterampilan mendorong orang menjajakan layanan seks baik online maupun offline.
"Permintaan akan pemuas hasrat seks laki laki pun digunakan sebagai motivasi mereka melakukannya. Memang ada yang melakukan dengan pelanggan yang sama secara berulang berdasar atas kemampuan pelanggan untuk membayar PSK ini," katanya.
Baca juga: Kisah Para Pelacur Online di Pulau Dewata |
Hanya, ada kalanya PSK online bertindak curang. Mereka meminta tarif lebih mahal dari perjanjian yang sudah disepakati oleh pelanggan. Padahal, tarif layanan PSK online rerata lebih mahal ketimbang yang di lokalisasi.
Krisna menilai pengguna jasa juga menganggap PSK hanya sebagai komoditas saja yang dapat diperlakukan seenaknya karena membayar. Sehingga, ketika ada ketidaksesuaian tarif, pelanggan seperti berhak melakukan apa saja terhadap PSK yang disewanya.
"Dampak komodifikasi tubuh perempuan inilah yang menyebabkan pria konsumennya melakukan apapun hingga fatalistik seperti membunuh. Karena tidak memanusiakan perempuan seperti dirinya. Tetapi seperti objek dagang yang hanya digunakan sebagai alat pemuas hasrat seksualnya," tuturnya.
Diketahui, dua peristiwa pembunuhan terjadi pada hari yang sama di Kuta dan Denpasar. Dua korban diketahui merupakan PSK online yang menawarkan jasa mereka melalui aplikasi MiChat.
Peristiwa pertama terjadi di Kuta, Badung, Jumat (3/5/2024) dini hari. Wanita berinisial RA tewas dibunuh pria yang menggunakan jasanya, Amrin Al Rasyid Pane.
Amrin membunuh RA di kosnya karena wanita itu disebut menaikkan tarif setelah berhubungan seks dari Rp 500 ribu menjadi Rp 1 juta. Sesuai membunuh, Amrin memasukkan mayar RA ke dalam koper. Mayat wanita itu kemudian dibuang ke semak-semak.
Masih pada hari yang sama, seorang PSK online berinsial F jadi korban pembunuhan pada Jumat petang. Dia tewas dibunuh oleh Anjas Samudra, seorang ABK yang dikenalnya dari MiChat.
Perempuan asal Jember, Jatim, itu tewas dalam kondisi telanjang dalam kamar kosnya. Lehernya tercekik kabel catokan rambut.
Baik Amrin maupun Anjas sudah ditangkap polisi. Mereka langsung ditetapkan sebagai tersangka.
(dpw/dpw)