Pergaulan bebas remaja di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kian memprihatinkan. Banyak dari mereka yang terjebak praktik prostitusi online, bahkan berhubungan seks untuk gaya-gayaan.
Pemerhati HIV/AIDS yang juga pendiri Voluntary Counselling and Testing (VCT) Nefri Eken mengungkapkan, berdasarkan penelusuran bersama Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD), beberapa remaja terjerumus praktik prostitusi karena dijebak orang dekat atau pacar.
Beberapa faktor yang ditemukan saat konseling yaitu, ada anak perempuan yang terjebak saat berkenalan dengan pacar laki-lakinya. Mereka akhirnya jadi dekat. Lalu diminta untuk video call telanjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Si laki-laki lalu membuat screenshot atau merekam layar panggilan video mesum itu. Itu nanti akan dijadikan senjata agar remaja perempuan mau dipaksa berhubungan seks, bahkan dijual. Jika tidak, maka foto mesumnya disebar.
"Mereka ada grup Facebook di Lembata. Banyak sekali grup. Selain itu ada juga grup WhatsApp," beber Nefri, baru-baru ini.
Grup itu baru diketahui setelah seorang guru Bahasa Inggris dimasukkan oleh anak didiknya ke grup tersebut.
Hasil tracing komisi dan relawan di sana, sebagian besar PSK anak sudah melayani lebih dari lima pria hidung belang. Mirisnya, ada beberapa korban prostitusi anak masih duduk di bangku SD.
Bahkan ada siswi SMP yang mengaku sudah melayani lebih dari 32 orang.
"Ada yang dari SD kelas VI, sudah umur 10 tahun kami dapat saat operasi pekat, kami lakukan konseling," ungkapnya.
Sebagian besar dari mereka memasang tarif sangat rendah. Ada yang Rp 20.000. Ada juga yang Rp 500.000.
"Penghasilan mereka itu lebih kepada untuk gaya. Bahkan, ada yang mengaku gratis tidak dibayar," imbuhnya.
Modusnya, kata Nofri, amat beragam. Ada anak yang lakukan hubungan seks saat pulang sekolah, ada yang menipu orang tua bahwa mereka ke sekolah padahal tidak ke sekolah. Ada modus teman perempuan datang menjemput ke rumah, lalu di tengah jalan pergi bersama pria.
"Hasil konseling ada banyak yang terpapar penyakit sifilis dan sudah melakukan dengan lima laki-laki," tandasnya.
Nefri berharap peran orang tua lebih aktif dalam mengawasi anak-anak terlebih pergi dan pulang ke rumah. Pengawasan ketat di kos-kosan yang makin banyak juga perlu dimaksimalkan karena terlalu bebas.
(dpw/dpw)