Owner atau pemilik PT Goldcoin Sevalon Internasional (GSI) Rizky Adam akhirnya buka suara.
Setelah menjadi buronan para member alias anggota atas dugaan investasi bodong atau ilegal, bos PT Bali Token ini juga akhirnya muncul melalui meeting zoom usai dituding kabur dan melarikan diri dari Bali usai dilaporkan ke Polda Bali dan Polresta Denpasar.
Saat meeting zoom dengan awak media, Minggu (24/4) Rizky Adam pun membantah semua tuduhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakannya, dia sangat mencintai Bali dan tidak mungkin mengecewakan para member di Bali.
"Saya KTP Bali dan cinta Bali. Tidak mungkin saya mengecewakan keluarga saya di Bali. Kemudian karena sudah ditutup, akhirnya ada anggota kami yang melayangkan somasi ke koperasi,"ungkapnya.
Sementara imbuh Rizky Adam, saat munculnya somasi, di koperasi tidak ada lagi yang bekerja.
"Kami tidak berani membalas karena sudah ditutup izinnya. Dari situ naiklah laporannya ke Polresta Denpasar dan Polda Bali bahwasannya kami melakukan investasi ilegal atau bodong. Itu tidak benar. Kantor yang ditutup adalah kantor Bali Token sehingga karyawannya dirumahkan dulu,"kata Rizky Adam.
Menurut Rizky Adam, PT Bali Token merupakan koperasi miliknya.
Bahkan program itu diakui sudah ia tutup pada Desember 2021 karena tidak sehat.
"Tapi saat itu, anggota ini bilang tidak apa pak kita berjalan terus tidak ada masalah. Kami sudah sampaikan tidak berani lagi melanjutkan kegiatan. Kami tidak mau melakukan perbuatan melawan hukum.
Jadi dari itulah inti kekecewaan para anggota dan asesor ini. Dilimpahkan semuanya ke management, dan dipelintir dan disalah sampaikan ke media sehingga blunder," ungkap Rizky Adam.
Bahkan, imbuh Rizky Adam, para pihak yang melaporkan dirinya ke polisi sebagain besar adalah agen-agen yang selama ini sudah bekerja kurang lebih satu tahun.
"Bahkan mereka (agen-agen) ini sudah mendapat ratusan juta. Namun disayangkan, para agen itu malah memberikan informasi yang salah di lapangan. Sehingga ada banyak member yang merasa modalnya akan hilang,"tandas Rizky Adam.
Sehingga dengan kejadian itulah, pihaknya memberanikan diri untuk memberikan klarifikasi.
"Perlu digarisbawahi dan kami luruskan bahwa aset digitalnya ada. Bisa dijual. Tapi kalau dijual hari ini harganya hancur sehingga modalnya tidak balik. Pada 30 Maret kemarin kami sudah rapat pimpinan dan leader di Bali. Kami dikasih waktu enam bulan menjual aset ini. Bapak ibu (member) tinggal terima rupiahnya,"akunya.
Bahkan atas rapat itu, semua pihak mengaku sudah sepakat. "Semua sudah sepakat dan surat itu sudah kami edarkan di seluruh indoensia. Tetapi akhirnya isu ini terus digoreng sampai ada pelaporan. Itu menurut saya sebuah kemunduran dari kesepakatan yang sudah kita sepakati," pungkas Rizky Adam menyesalkan. (*)
(dpra/dpra)