Saat ditemui di rumahnya, Wartono tampak terbaring lemah di tempat tidurnya. Karena terluka di bagian pangkal lengan kiri, Wartono terpaksa harus selalu tidur dalam kondisi miring ke kanan.
"Baru terasa sakit sekali," kata dia.
Korban lantas menceritakan peristiwa pembacokan yang dialaminya. Ia awalnya tidak menduga akan mengalami pembacokan oleh Mukarom, pria tetangganya sendiri yang memang dikenalnya.
"Rumahnya pelaku dekat disini, masih tetangga," jelasnya kepada detikBali.
Saat kejadian, korban sedang menonton latihan mekepung di sirkuit Delodberawah. Tiba tiba dihampiri pelaku yang sedang membawa sabit. Pelaku juga sempat mengatakan akan menebas.
"Saya kira bercanda, makanya saya bilang, jangan (menebas)," tuturnya.
Namun tiba - tiba, saat korban berbalik membelakangi pelaku, terasa ada yang memukul pundak kirinya sebanyak dua kali. Wartono sendiri awalnya tidak merasakan sakit dan tidak menyadari ada luka. Warga sekitar yang justru memberitahunya, hingga ia menyadari ada darah di pakaiannya.
Seketika warga yang melihat mulai heboh dan mengejar pelaku. Kemudian Wartono dibawa ke Puskesmas Desa Yehkuning. Untuk mendapat penanganan yang lebih intensif, Wartono lantas dirujuk ke rumah sakit. Ia mengaku mendapat jahitan pada luka bacok sebanyak 14 jahitan.
Wartono sendiri mengaku memang mengenal pelaku. Ia juga mengetahui bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa. Karenanya, ia dengan iklhas dan lapang dada tidak akan melanjutkan kasus itu ke proses hukum.
"Nak buduh, ken-ken kaden (orang dengan gangguan jiwa, mau gimana lagi). Ya, saya memaafkan saja," jelasnya.
Diberitakan sebelumya, terjadi di jalan sekitar sirkuit makepung di Desa Delodberawah, Minggu pagi sekitar pukul 9.30 WITA. Korban dibacok menggunakan sabit oleh pelaku bernama Mukarom yang mengalami gangguan jiwa.
(nke/nke)