Teluk Trima di Buleleng, menyimpan kisah cinta dua sejoli yang penuh dengan air mata dan pengorbanan. Di atas bukit rendah, berdiri Pura Jayaprana, dan tak jauh darinya, sebuah makam yang diyakini sebagai tempat bersemayam Jayaprana.
Di sinilah legenda cinta paling getir di utara Bali bergema-kisah Jayaprana dan Ni Layonsari, yang tetap dikenang sebagai simbol kesetiaan dan pengorbanan. Kisah cinta dengan air mata yang tak pernah kering.
Cerita bermula di desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali. Menurut versi yang disiarkan Dinas Kebudayaan Buleleng, wabah dahsyat memusnahkan penduduk desa itu, menyisakan seorang bocah bernama Jayaprana.
Raja atau penguasa setempat-bervarian dalam versi cerita-mengambilnya dan merawatnya di istana. Jayaprana tumbuh menjadi abdi yang setia, rajin, tampan, dan dipercaya memikul tugas penting kerajaan.
Ketika dewasa, Jayaprana jatuh cinta pada Ni Layonsari, seorang gadis kampung-dalam versi lokal disebut putri bendesa Banjar Sekar ataupun penjual bunga yang lembut hati. Mereka menikah dengan restu raja, dalam pesta yang meriah. Namun kebahagiaan itu segera diuji.
Simak Video "Video Harum Menggoda Kue Laklak, Jajanan Pasar Legendaris Buleleng"
(dpw/dpw)