Mengenal Kain Endek Bali, Berkemban dari Kerajaan Gelgel Klungkung

Mengenal Kain Endek Bali, Berkemban dari Kerajaan Gelgel Klungkung

Ni Made Gita Julianti - detikBali
Rabu, 17 Sep 2025 07:30 WIB
Perajin menyelesaikan pembuatan kain tenun Endek dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di pusat suvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Kain tenun Endek khas Bali tersebut per lembarnya dijual dengan harga Rp150 ribu hingga Rp550 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj.
Endek Bali. Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Denpasar -

Kain endek merupakan salah satu warisan budaya Bali yang hingga kini tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Masyarakat Bali kini semakin sering menggunakan kain endek dalam segala kegiatannya. Mulai dari upacara adat, kegiatan pemerintahan, hingga kegiatan formal lainnya.

Tak hanya sekedar busana untuk mempercantik penampilan, Kain endek khas Bali ini tentunya memiliki sejarah, filosofi. Simak yuk sejarah hingga aturan penggunaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah

Perajin menyelesaikan pembuatan kain tenun Endek dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di pusat suvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Kain tenun Endek khas Bali tersebut per lembarnya dijual dengan harga Rp150 ribu hingga Rp550 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj.Perajin menyelesaikan pembuatan kain tenun Endek dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di pusat suvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Kain tenun Endek khas Bali tersebut per lembarnya dijual dengan harga Rp150 ribu hingga Rp550 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj. Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT

Kain endek ini mulai dikenal sejak abad ke-16, terutama di kalangan bangsawan Bali. Pada awalnya, kain ini hanya digunakan oleh keluarga kerajaan karena proses pembuatannya yang rumit dan memerlukan keterampilan khusus.
Kain endek berkembang khusus di Kerajaan Gelgel Klungkung. Seiring waktu, kain endek mulai menyebar ke masyarakat luas dan menjadi salah satu kain tenun tradisional yang paling populer di Bali.

ADVERTISEMENT

Filosofi dan Motif

Bali terkenal dengan keindahan alam serta seni dan budayanya yang mempesona. Salah satunya adalah kain tenun endek yang kerap jadi oleh-oleh khas dari Bali.Bali terkenal dengan keindahan alam serta seni dan budayanya yang mempesona. Salah satunya adalah kain tenun endek yang kerap jadi oleh-oleh khas dari Bali. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Motif dalam kain endek tidak hanya sekadar hiasan, melainkan sarat dengan makna filosofis. Setiap motif menggambarkan doa dan harapan, seperti keseimbangan hidup, kesuburan, serta hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. Filosofi inilah yang membuat kain endek dipandang sebagai simbol kesakralan dan identitas budaya Bali.

Dikutip laman Kemenkeu, motif yang dipakai untuk membuat kain endek beragam, antara lain motif geometris, flora, fauna, figuratif, dan dekoratif. Motif geometris merupakan motif tertua yang digunakan sebagai simbol keyakinan masyarakat Bali. Motif geometris dilambangkan dengan garis lurus, garis putus, garis lengkung, dan berbagai bidang geometri.

Motif flora mengadaptasi bentuk tumbuhan dan tampilannya cenderung rapat dan harmonis. Sementara motif fauna mengadaptasi bentuk hewan baik darat, laut, maupun udara.

Motif figuratif biasanya mengadaptasi tokoh manusia atau pewayangan yang digambarkan lebih sederhana baik secara utuh maupun sebagian. Gabungan dari motif-motif yang telah ada sebelumnya dan disesuaikan dengan keyakinan masyarakat dinamakan motif dekoratif.

Pembuatan

Perajin menyelesaikan pembuatan kain tenun Endek dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di pusat suvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Kain tenun Endek khas Bali tersebut per lembarnya dijual dengan harga Rp150 ribu hingga Rp550 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj.Perajin menyelesaikan pembuatan kain tenun Endek dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di pusat suvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Kain tenun Endek khas Bali tersebut per lembarnya dijual dengan harga Rp150 ribu hingga Rp550 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj. Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT

Kain endek dibuat dengan teknik ikat pakan, di mana benang pakan diikat dan diwarnai sebelum ditenun. Proses ini membutuhkan ketelitian tinggi, karena motif harus selaras ketika ditenun dengan benang lungsi.

Pewarnaan kain umumnya menggunakan bahan alami, meskipun kini sudah banyak pengrajin yang memanfaatkan pewarna sintetis agar lebih praktis. Waktu pengerjaan satu helai kain endek bisa memakan waktu berminggu-minggu, tergantung pada kerumitan motif dan ukuran kain.

Aturan

Perajin menyelesaikan pembuatan kain tenun Endek dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di pusat suvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Kain tenun Endek khas Bali tersebut per lembarnya dijual dengan harga Rp150 ribu hingga Rp550 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj.Perajin menyelesaikan pembuatan kain tenun Endek dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di pusat suvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Kain tenun Endek khas Bali tersebut per lembarnya dijual dengan harga Rp150 ribu hingga Rp550 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj. Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT

Selain nilai budaya, penggunaan kain endek juga diperkuat melalui kebijakan pemerintah daerah. Gubernur Bali menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 79 Tahun 2018 yang mewajibkan penggunaan kain endek setiap hari Selasa di lingkungan kerja, baik instansi pemerintah, maupun swasta. Aturan ini membuat kain endek semakin dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, sekaligus mendorong pelestarian tenun tradisional Bali.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads