Pameran Denyar Renjana: Ekspresi Perlawanan Para Perempuan

Pameran Denyar Renjana: Ekspresi Perlawanan Para Perempuan

Fabiola Dianira - detikBali
Sabtu, 08 Mar 2025 14:21 WIB
Salah satu lukisan karya seniman perempuan dalam pameran Denyar Renjana, Sabtu (7/3/2025).
Foto: Salah satu lukisan karya seniman perempuan dalam pameran Denyar Renjana, Sabtu (7/3/2025). (Fabiola Dianira/detikBali)
Denpasar -

Dalam rangka Hari Perempuan Internasional 8 Maret, lima seniman perempuan menampilkan karya-karya yang merayakan energi, gairah, dan identitas mereka dalam pameran seni rupa bertajuk Denyar Renjana: Pulse of Passions di Santrian Art Gallery, Sanur.

Pameran ini berlangsung dari 7 Maret hingga 7 April 2025 dan menampilkan 18 karya dari Erica Hestu Wahyuni, Mola, Ni Nyoman Sani, Theresia Agustinus Sitompul, dan Yasumi Ishii.

Kurator pameran, Anton Susanto, menekankan Denyar Renjana menghidupkan denyut semangat para seniman perempuan yang telah berkarya dan berkarier dalam dunia seni rupa. Meski memiliki medium dan gaya yang berbeda, mereka semua telah mencapai fase di mana seni menjadi bagian dari identitas dan tanggung jawab mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pameran ini bukan sekadar menunjukkan karya, tapi juga menyampaikan vibrasi energi dan gairah dari setiap seniman. Dalam dunia seni rupa yang masih didominasi maskulinitas, perempuan terus berjuang agar mendapat tempat yang setara," ujar Anton, Jumat (7/3/2025).

Salah satu karya seniman Yashumi Ishii berjudul Seven Dragons terpampang dalam pameran Denyar Renjana, Jumat (7/3/2025).Salah satu karya seniman Yashumi Ishii berjudul Seven Dragons terpampang dalam pameran Denyar Renjana, Jumat (7/3/2025). (Fabiola Dianira/detikBali).

Di dunia seni rupa modern, seniman dan kurator perempuan masih menjadi minoritas. Seringkali, perempuan harus menghadapi stereotip yang membatasi ruang gerak mereka. Mulai dari anggapan bahwa seni adalah dunia laki-laki hingga asumsi bahwa perempuan lebih cocok berada di ranah domestik.

Namun, pameran ini membuktikan perempuan memiliki cara pandang dan bahasa visual yang unik dalam seni. Anton mencontohkan karya Theresia Agustinus Sitompul yang secara sekilas terlihat seperti lanskap umum, tetapi ternyata dibentuk dari susunan benda-benda domestik rumah tangga yang sering diasosiasikan erat dengan pekerjaan perempuan.

"Sekilas, komposisinya tampak seperti lanskap yang umum. Tapi kalau diperhatikan lebih dekat, lanskap itu sebenarnya tersusun dari benda-benda domestik yang sering kita temui di rumah. Biasanya, lanskap dalam seni rupa menggambarkan keindahan ala Mooi Indie. Tapi, benarkah itu satu-satunya pemandangan yang kita lihat setiap hari? Jangan-jangan, lanskap yang paling akrab justru adalah yang ada di dalam rumah kita sendiri," ulas kurator 45 tahun itu.

Pendekatan perempuan dalam berkarya seringkali lebih parsial, menyeluruh, dan penuh dengan lapisan makna. Anton sebagai kurator berusaha menjembatani keberagaman itu agar setiap karya bisa tampil dan bersuara dalam satu ruang pamer.

Anton Susanto, kurator pameran Denyar Renjana saat pembukaan pameran, Jumat (7/3/2025).Anton Susanto, kurator pameran Denyar Renjana saat pembukaan pameran, Jumat (7/3/2025). (Foto: Fabiola Dianira/detikBali)

Savitri Sastrawan (34), penulis dari pameran ini menyebut Denyar Renjana sebagai bagian dari babak baru bagi seniman perempuan di Bali.

"Sepuluh tahun lalu, seniman perempuan jarang terlihat. Mereka sering didiskriminasi, dianggap sibuk dengan tugas domestik, atau karyanya dianggap tidak sekuat laki-laki. Bahkan ada anggapan bahwa perempuan lebih cocok jadi model daripada seniman," ujarnya dosen Seni Rupa Murni ISI Bali itu

Namun, perlawanan terus terjadi, meski dalam bentuk yang senyap melalui pameran, tulisan, dan aksi saling mendukung. Kini, semakin banyak seniman perempuan yang berani muncul dan mendapat ruang.

Savitri juga menyoroti di dunia akademik, jumlah mahasiswa perempuan di jurusan Seni Murni kini lebih seimbang dibandingkan sebelumnya. Hal ini menjadi bukti bahwa ekosistem seni semakin terbuka bagi perempuan.

Melalui karya-karya yang dipamerkan, Denyar Renjana mengingatkan bahwa seni perempuan bukan sekadar pelengkap, melainkan denyut yang menghidupkan dunia seni itu sendiri.

Di Hari Perempuan Internasional ini, pameran ini menjadi refleksi bahwa perempuan terus bergerak, berkarya, dan menerangi dunia dengan gairah serta kreativitas mereka.




(hsa/gsp)

Hide Ads