Mengenal Makna dan Tujuan Tradisi Ngaben Tikus di Bali

Mengenal Makna dan Tujuan Tradisi Ngaben Tikus di Bali

Desak Made Diah Aristiani - detikBali
Selasa, 10 Sep 2024 02:30 WIB
Tradisi ngaben bikul di Bali. (Dok. Kemendikbud)
Foto: Tradisi ngaben bikul di Bali. (Dok. Kemendikbud)
Bali -

Prosesi ngaben biasanya ritual untuk kematian manusia. Namun, terdapat tradisi unik yang disebut dengan ngaben bikul atau tikus.

Meskipun terdengar tidak lazim, ngaben tikus menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat Bali yang hingga hari ini masih menjunjung tinggi kebersamaan dan keseimbangan dengan alam.

Lantas apa itu ngaben tikus dan apa tujuannya diadakan ritual ini? Yuk simak informasi berikut ini yang telah kami rangkum dari berbagai sumber.


Makna Ngaben Tikus

Mengutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id dan telusurbali.com, ngaben tikus merupakan salah satu jenis upacara Nangluk Merana. Merana adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut jenis-jenis penyakit yang merusak tanaman.

Ngaben tikus atau yang disebut juga dengan ngaben bikul biasanya dilaksanakan di beberapa daerah di Bali, seperti di Badung dan Tabanan. Ngaben tikus atau ngaben bikul memiliki nilai filosofi yang menyangkut aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia.

Ngaben tikus salah satunya dilakukan oleh masyarakat di Desa Adat Bedha, Tabanan. Ritual ngaben tikus di sana sudah menjadi ritual secara turun temurun yang telah dimulai sejak 1965.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upacara dalam ngaben tikus hanya dilaksanakan sampai prosesi nganyud dan tidak seperti upacara ngaben manusia hingga melibatkan upacara ngerorasin, memukur hingga ngelinggih di kemulan.

Meskipun bernama ngaben, akan tetapi ngaben tikus bukan merupakan upacara Pitra Yadnya atau upacara yang ditujukan untuk leluhur. Melainkan tergolong ke dalam upacara Bhuta Yadnya atau untuk Bhuta Kala. Uniknya rangkaian dari ngaben tikus hampir menyerupai ngaben untuk manusia.

Pertama tikus dibawa oleh masing-masing subak tempek di Desa Adat Bedha. Tikus tersebut diambil secara langsung oleh petani dari lahan pertanian yang terserang hama tikus. Selanjutnya tikus yang telah ditangkap dikumpulkan dan disucikan. Tak hanya sampai di situ, tikus tersebut dimandikan atau diringkes.

Ngaben tikus umumnya dilakukan untuk mengusir hama tikus di area persawahan dan diyakini dapat mengembalikan roh tikus yang telah mati ke alamnya. Harapannya, jika ditakdirkan untuk terlahir kembali, maka tidak lagi menjadi hama perusak sawah para petani.

ADVERTISEMENT


Tujuan Ngaben Tikus
Berdasarkan pandangan masyarakat Bali, ngaben bikul bertujuan untuk membersihkan hama tanaman dan juga menghilangkan pengaruh-pengaruh buruk dari aspek niskala. Jika kita mencermati lebih jauh, tradisi ini dapat membantu dalam menjaga keseimbangan ekosistem persawahan.

Bila hama tikus tidak dimusnahkan, hal ini dapat berakibat buruk pada tanaman padi dan menyebabkan melonjaknya populasi tikus. Di zaman yang makin modern ini, para petani cenderung menggunakan pestisida, padahal penggunaannya sangat berbahaya. Sebab, selain mencemari lingkungan, juga dapat menjadi residu yang akan membahayakan para petani.

Jika ditinjau melalui aspek sosial, tradisi ngaben tikus dapat meningkatkan hubungan antarmasyarakat yang berada di area persawahan. Hal ini disebabkan karena sebelum upacara dimulai, masyarakat akan berbondong-bondong memburu tikus-tikus di sawah kemudian secara bergotong royong akan membuat bade dan sarana upacara yang diperlukan.




(iws/iws)

Hide Ads