Bali merupakan gudangnya seniman. Begitu banyak yang mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk seni. Salah satunya adalah Anak Agung Bagus Harjunanthara, seniman muda asal Ubud, Gianyar.
Darah seni yang diturunkan sang ibu mengalir deras di tubuh Arjuna Sutedja, sapaannya. Bahkan, sejak di dalam kandungan, Arjuna sudah 'diajari' menari oleh ibunya yang seorang penari sekaligus guru tari itu.
"Jadi, saat mama hamil, aku sudah diajak menari," kisah pria berusia 27 tahun itu sembari tersenyum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tumbuh dan besar di Ubud yang merupakan gudang seniman semakin mendukung bakat seni yang dimiliki Arjuna. Sejak kecil, dia mempelajari banyak tarian Bali. Pertama, dia mempelajari Tari Baris yang merupakan salah satu dasar tari Bali untuk penari laki-laki.
Tari lain yang dipelajari adalah Tari Kebyar Duduk. Tari itu pula yang membawa Arjuna mendapat penghargaan ketika pertama kali tampil di panggung. Saat itu, dia masih duduk di bangku kelas 3 SD dan mendapat juara 1 kategori dolanan anak-anak pada festival gong kebyar se-Bali.
"Sejak itu, aku mulai ikut lomba-lomba Tari Kebyar Duduk. Astungkara, selalu masuk tiga besar," kata Arjuna.
![]() |
Dedikasi serupa terhadap seni Bali juga dimiliki I Gede Arya Swastika. Dedikasinya dalam melestarikan seni tak bertepuk sebelah tangan. Dia bungah ketika sanggar miliknya, Sanggar Hung Bali, menjadi pendamping rekasadana (pergelaran) palegongan klasik dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024.
"Kami mendapat kesempatan untuk merekonstruksi gending-gending lawas karya para maestro kesenian Bali agar bisa didengarkan kembali oleh masyarakat," tuturnya.
Pria kelahiran 6 Desember 1990 itu menuturkan keterlibatan Sanggar Hung Bali dalam PKB tahun ini untuk memberi penghormatan kepada tiga seniman palegongan asal Denpasar, yakni Ni Polok, I Nyoman Kaler, dan I Gusti Putu Made Geria. Menurut dia, ketiga maestro seni palegongan tersebut telah memberi pengaruh terhadap perkembangan seni tradisi maupun kreasi di Bali.
Sementara itu, kecintaan terhadap seni Bali membawa Sri Ayu Pradnya Larasati berkeliling Indonesia. Laras adalah pemilik sangga tari Sanggar Nrithya Graha Siwanataraja. Di sanggar ini, ada ratusan anak-anak yang belajar tari Bali.
Laras tak hanya menari di panggung lokal. Dia membawa tari Bali ke pentas nasional hingga internasional. Ia beberapa kali mendapat kesempatan untuk terlibat dalam misi kebudayaan ke luar negeri. Pada 2020, Laras memperkenalkan Tari Trunajaya di Singapura.
"Di Indonesia, hampir semua provinsi sudah pernah saya kunjungi dengan misi kebudayaan," kata perempuan berusia 27 tahun tersebut.
Maestro tari dan pengamat seni I Wayan Dibia senang dengan gairah anak-anak muda di Bali dalam melestarikan kesenian tradisional. Menurutnya, ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digelar setiap tahun berpengaruh besar dalam menampung gairah seni mereka.
"Sejak adanya Pesta Kesenian Bali, generasi muda di Bali sangat antusias untuk melibatkan diri dalam aktivitas seni pertunjukan," ungkap Dibia saat ditemui di kediamannya di Batubulan, Gianyar, Bali, Selasa (28/5/2024).
Pada tahun ini, PKB memasuki tahun ke-46. Pesta kesenian terbesar itu digelar sejak 15 Juni hingga 13 Juli mendatang dengan tema 'Jana Kerthi Paramaguna Wikrama' atau yang berarti 'Harkat Martabat Manusia Unggul'. Sebanyak 13 ribu seniman dari 290 sanggar tampil di PKB.
Tiga anak muda yang berdedikasi dalam melestarikan seni di Bali itu hanya sebagian kecil di antara begitu banyak anak-anak muda Bali dengan dedikasi serupa. Masih sangat banyak bakat-bakat muda dan seniman mumpuni di Bali yang belum terpantau detikBali. Berikut kisah para pelestari seni Bali yang kami sajikan untuk pembaca.
1.
2.
3.
4.
(hsa/gsp)