Anak Agung Bagus Harjunanthara masih mengingat saat tampil di panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) untuk pertama kalinya. Saat itu, dia masih duduk di bangku kelas 3 SD dan mendapat juara 1 kategori dolanan anak-anak pada festival gong kebyar se-Bali.
"Sejak itu, aku mulai ikut lomba-lomba Tari Kebyar Duduk. Astungkara, selalu masuk tiga besar," kata Arjuna Sutedja, panggilan akrabnya, kepada detikBali di Denpasar, Senin (27/5/2024).
Bakat menari Arjuna berasal dari ibunya yang merupakan penari dan juga guru tari. Ibunya tetap menari meski saat itu tengah mengandung Arjuna. "Jadi, saat mama hamil, aku sudah diajak menari," kenang pria berusia 27 tahun itu sembari tersenyum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tumbuh dan besar di Ubud, Gianyar, Bali, membuat Arjuna lebih banyak bergaul dengan seniman. Saat teman-teman sebayanya bermain mobil-mobilan, Arjuna kecil justru lebih senang mengenakan kamen (kain Bali) sembari memainkan kipas tari dan selendang.
"Nenekku juga support sampai buatkan aku gelungan (hiasan kepala yang biasanya digunakan penari Bali)," tutur Arjuna.
Arjuna belajar tari Bali dari Tari Baris. Menurut dia, Tari Baris merupakan salah satu dasar tari Bali untuk penari laki-laki.
Setelah menguasai tarian tentang prajurit perang itu, Arjuna mulai belajar tari bebancihan. Tari bebancihan adalah salah satu jenis tari Bali yang menampilkan karakter antara laki-laki dan perempuan. Salah satu tari bebancihan yang dipelajari Arjuna adalah Tari Kebyar Duduk.
Suatu hari, Arjuna belajar Tari Kebyar Duduk dari almarhum Ida Bagus Oka Wirjana atau yang dikenal dengan nama Ida Bagus Blangsinga. Sejak itu, ia semakin kepincut mendalami tarian karya maestro asal Tabanan, I Marya, tersebut.
Putra pasangan Anak Agung Bagus Gede Hari Hardjawacittha Sutedja dan Cokorda Istri Sri Agung Astiti itu lalu belajar Tari Kebyar Duduk gaya Peliatan dari Anak Agung Bagus Mandera. Ia pun lihai membawakan Tari Kebyar Terompong.
"Salah satu tarian yang paling nyaman saya bawakan hingga saat ini adalah Tari Kebyar Duduk," tuturnya.
Tak hanya itu, Arjuna juga berguru Tari Oleg Tamulilingan dari penari senior I Gusti Ayu Raka Rasmi asal Peliatan, Ubud. Raka Rasmi merupakan penari Oleg Tamulilingan perempuan pertama. Tarian tersebut dibawakan oleh sepasang penari perempuan dan laki-laki.
"Berkat Tari Oleg Tamulilingan, saya berkesempatan bersama beliau (Raka Rasmi) menari Bali di India pada 2014," imbuh pemilik akun Instagram yang memiliki hampir 50 ribu pengikut itu.
![]() |
Menginjak sekolah menengah atas (SMA), Arjuna mengikuti ajang pencarian bakat Indonesia's Got Talent 2014. Ia tak menyangka lolos audisi di Bali dan berangkat ke Jakarta. Sejak mengikuti ajang tersebut, magister tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu terus mengukir prestasi dengan membawakan tari Bali. Ia lantas mendapat kesempatan untuk tampil ke ajang Asia's Got Talent.
Pada 2021, Arjuna mengikuti The Next Influencer dan meraih juara 3 saat babak final. Berkat prestasi itu, Arjuna dikontrak menjadi salah satu talent oleh RANS Entertainment milik Raffi Ahmad.
"Selama di Jakarta, aku berkolaborasi dengan Syandria Kameron yang merupakan cicit Soekarno, membuat gerakan Kembalikan Baliku. Aku menjadi guru tari Bali di sana," imbuh Arjuna.
Selain menjajal panggung nasional, Arjuna juga beberapa kali menari di panggung internasional. Misalkan, Arjuna mengikuti misi kebudayaan lewat tur Tari Legong Lanang ke Jepang pada 2018.
"Selama di sana, aku terkejut melihat orang Jepang yang pandai menari dan memainkan gamelan," ujarnya.
Tak hanya itu, Arjuna dipercaya menjadi asisten koreografer dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 2022. Baru-baru ini, ia juga terlibat dalam pementasan saat gala dinner World Water Forum (WWF) 2024 di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali.
Arjuna mematok tarif menari Bali sebesar Rp 500 ribu hingga Rp 6 juta per event. Selain itu, dia juga menerima kursus koreo tari dengan tarif paling tinggi mencapai Rp 10 juta.
Meski jam terbangnya sebagai seorang penari cukup tinggi, Arjuna masih tetap menerima tawaran ngayah atau pentas menari dalam kegiatan adat di pura-pura. Bagi Arjuna, ngayah adalah salah satu cara untuk memberi persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa.
"Seni nggak selalu soal uang karena seniman itu lahir dan tumbuh di masyarakat. Salah satu kontribusi seniman tari adalah dengan cara mengayah itu," pungkas penari yang kerap menjadi pembicara dan juri lomba tari Bali tersebut.
Semarak Geliat Generasi Muda Melestarikan Tari Bali
Arjuna hanyalah salah satu dari banyak generasi muda di Bali yang mendedikasikan hidupnya terhadap seni tari tradisi. Selain Arjuna, keterlibatan generasi muda dalam seni pertunjukan di Bali dinilai semarak sejak dilaksanakannya Pesta Kesenian Bali (PKB).
"Sejak adanya Pesta Kesenian Bali, generasi muda di Bali sangat antusias untuk melibatkan diri dalam aktivitas seni pertunjukan," ungkap maestro tari dan pengamat seni I Wayan Dibia saat ditemui di kediamannya di Batubulan, Gianyar, Bali, Selasa (28/5/2024).
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali kerap melibatkan seniman untuk melestarikan kesenian. Salah satunya melalui ajang PKB yang pertama kali dicetuskan pada 1979 oleh Gubernur Bali ke-6 Ida Bagus Mantra.
Pada tahun ini, PKB memasuki tahun ke-46. Pesta kesenian terbesar itu digelar sejak 15 Juni hingga 13 Juli mendatang dengan tema 'Jana Kerthi Paramaguna Wikrama' atau yang berarti 'Harkat Martabat Manusia Unggul'. Sebanyak 13 ribu seniman dari 290 sanggar tampil di PKB.
Menurut Dibia, seniman tradisi di Bali menghadapi dituntut bijak menghadapi budaya modern. Perkembangan teknologi dapat menjadi alat atau guru yang bermanfaat dalam pembelajaran seni. Meski begitu, teknologi tak akan bisa menggantikan pengalaman secara langsung.
"Masyarakat Bali itu selalu welcome dengan gagasan baru. Tetapi ketika mereka terbuka dengan gagasan baru, mereka tidak melupakan identitasnya," imbuh pencipta Tari Puspawresti itu.
Dibia menjelaskan salah satu aspek penting dalam kesenian tradisi di Bali adalah taksu. Taksu, dia berujar, merupakan sebuah inner beauty atau kekuatan batin akan muncul saat seorang seniman sudah memahami teknik, olah rasa, dan olah spiritual.
"Anda semua punya taksu, hanya saja belum mengetahuinya," tambahnya.
Dibia membantah anggapan yang menyebut kesenian tradisi sebagai barang kuno. Menurutnya, kesenian tradisi yang berkembang di Bali justru menjadi sumber inspirasi lahirnya karya-karya baru. Dia optimistis seni tradisi di Bali tetap lestari.
"Jangan pernah menganggap kesenian tradisi itu adalah kesenian yang usang. Tapi itulah sumber yang bisa diolah untuk dijadikan karya-karya baru," tegas guru besar ISI Denpasar yang juga kurator PKB 2024 itu.
Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani, Rio Raga Sakti, dan Desak Made Diah Aristiani, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/iws)