Sayup-sayup gamelan Bali terdengar dari sebuah bangsal di Banjar Babakan, Desa Sukawati, Gianyar, Bali. Sejak pagi, puluhan anak sudah berkumpul untuk belajar menari Bali di Sanggar Nrithya Graha Siwanataraja milik Sri Ayu Pradnya Larasari itu.
Salah satu tarian yang diajarkan oleh Laras adalah Tari Condong. "Tari Condong adalah dasar tari Bali untuk wanita, gerakannya enerjik dan lincah," tutur Laras kepada detikBali, Minggu (2/6/2024).
Sanggar Nrithya Graha Siwanataraja adalah salah satu dari ribuan sanggar seni yang ada di Pulau Dewata. Data Dinas Kebudayaan Bali menyebutkan jumlah sanggar/komunitas seni atau sekaa di Pulau Seribu Pura pada 2023 mencapai 12.386 kelompok seni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gianyar tercatat memiliki jumlah sanggar seni paling banyak dengan 3.617 kelompok. Adapun, Buleleng memiliki sekaa paling sedikit yakni 484 komunitas.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali kerap melibatkan sanggar-sanggar seni tersebut untuk melestarikan kesenian dari Pulau Dewata. Salah satunya melalui ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) yang pertama kali dicetuskan pada 1979 oleh Gubernur Bali ke-6 Ida Bagus Mantra.
Pada tahun ini, PKB memasuki tahun ke-46. Pesta kesenian terbesar itu digelar sejak 15 Juni hingga 13 Juli mendatang dengan tema 'Jana Kerthi Paramaguna Wikrama' atau yang berarti 'Harkat Martabat Manusia Unggul'. Sebanyak 13 ribu seniman dari 290 sanggar tampil di PKB.
Laras mendirikan Sanggar Seni Nrithya Graha Siwanataraja pada 2018 karena kecintaannya terhadap tari. Magister tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu menuturkan faktor lingkungan menjadi salah satu alasan dia menekuni tari Bali.
"Dari lingkungan terkecil, orang tua saya selalu mendukung saya untuk belajar menari," imbuh anak bungsu dari pasangan Kadek Suartaya dan Ni Made Sudiasih itu.
Laras tak hanya menari di panggung lokal. Dia membawa tari Bali ke pentas nasional hingga internasional. Ia beberapa kali mendapat kesempatan untuk terlibat dalam misi kebudayaan ke luar negeri. Pada 2020, Laras memperkenalkan Tari Trunajaya di Singapura.
"Di Indonesia, hampir semua provinsi sudah pernah saya kunjungi dengan misi kebudayaan," kata perempuan berusia 27 tahun tersebut.
Laras sempat viral di media sosial (medsos) saat membawakan karakter Ni Calonarang dalam pementasan Joged Pingitan pada PKB 2023. Baru-baru ini, video Laras saat menari kembali wara-wiri di linimasa TikTok dan Instagram. Kali ini, dia memerankan karakter Ni Rarung atau Diah Cempaka Gadang saat ngayah menari di Merajan Agung Puri Satria Kawan, Paksebali, Klungkung, pada 8 Mei lalu.
Suasana magis terasa saat Laras mulai menari di arena pertunjukan. Dia tampil totalitas dan menjiwai karakter salah satu tokoh dalam drama tari Calonarang itu. Sesekali, liuk tubuh Laras terlihat anggun dengan senyum mengembang di wajah. Sekelebat kemudian, mimik wajahnya berubah menjadi menyeramkan.
Sekujur tubuh Laras bergerak lincah mengikuti alunan gamelan yang mengiringinya menari. Jemarinya yang lentik bergetar-getar, sorot matanya tajam. Gerakan kepalanya juga tegas dan lugas.
"Selain Tari Palawakya, karakter Diah Cempaka Gadang adalah salah satu favoritku dalam menari saat ini," tutur Laras.
Selain mengunggah aktivitasnya saat menari, Laras juga kerap menggunggah kegiatannya saat mengajar tari Bali di sanggar miliknya melalui medsos. Per Senin (24/6/2024), akun TikTok Laras yakni @pradnyalarasari telah memiliki 81 ribu pengikut. Sedangkan, akun Instagramnya memiliki 67,9 ribu pengikut.
Peserta Sanggar dari Anak Sekolah hingga Bule
Kepiawaian Laras dalam menari membuat banyak yang terinspirasi dan ingin mempelajari tari Bali darinya. Jumlah murid di Sanggar Nrithya Graha Siwanataraja mencapai 100 orang lebih. Sebagian besar adalah bocah-bocah. Medsos turut memancing para calon murid untuk belajar tari Bali.
Laras menjelaskan anak berusia lima tahun baru bisa ikut berlatih menari di Nrithya Graha Siwanataraja. "Mereka membayar hanya Rp 5.000 setiap kali latihan," tuturnya.
Perempuan kelahiran Gianyar, 16 Desember 1997 itu menuturkan latihan reguler di sanggar tersebut digelar dua kali dalam sepekan, yakni setiap Rabu pukul 15.00 Wita dan Minggu pukul 09.00 Wita. Selain kelas reguler, ia juga membuka kelas belajar menari Bali secara privat.
Materi yang diajarkan oleh Laras beragam, mulai dari Tari Pendet, Manukrawa, Legong, Cilinaya, Trunajaya, dan lainnya. Anak-anak yang pertama kali belajar tari Bali akan diajarkan jenis tari yang paling sederhana seperti Tari Pendet dan Manukrawa.
![]() |
Untuk memotivasi dan mengevaluasi kemampuan menari para murid di sanggarnya, Laras menggelar ujian kenaikan tingkat secara berkala. "Senang sekali rasanya melihat anak-anak dari yang awalnya datang tidak bisa menari, kini sudah bisa menguasai beberapa tari," imbuh penari yang menggarap Tari Ratnamanggali Menggugat saat menyelesaikan pendidikan S2 di ISI Denpasar itu.
Ni Kadek Dwitya Prahartini Putri adalah salah satu anggota Sanggar Nrithya Graha Siwanataraja. Siswi berusia 13 tahun itu mulai belajar menari dan bergabung dengan sanggar Laras tersebut sejak kelas 1 SD.
Dwitya belajar menari berkat dorongan dari orang tuanya. Meski badannya terasa sakit saat awal-awal belajar menari, kini dia bersemangat untuk menguasai berbagai tarian Bali. "Cita-cita saya ingin menjadi guru tari," ujarnya.
Selain anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya, Laras juga kerap didatangi oleh warga negara asing (WNA). Baru-baru ini, dia mendapat seorang murid dari New York, Amerika Serikat. Bule perempuan itu datang ke sanggar Laras untuk belajar membawakan Tari Palawakya karya seniman asal Buleleng, I Gede Manik.
Tari Palawakya, Laras melanjutkan, merupakan salah satu tarian Bali yang rumit. Selain dituntut tampil dengan gerakan yang tegas, penari Palawakya juga harus piawai melantunkan syair (mawirama) dan memainkan terompong (salah satu instrumen gamelan Bali).
"Tari Palawakya menceritakan tentang seorang pujangga di sebuah kerajaan yang multitalenta yang bisa menari, bernyanyi, dan bermain gamelan," imbuh Dosen mata kuliah Seni Budaya di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), itu.
Laras juga sering melibatkan anak-anak sanggarnya dalam berbagai ajang bergengsi. Salah satunya saat pementasan tari dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 2022.
"Kami juga berkesempatan mengikuti ASEAN Panji Festival di Universitas Brawijaya Malang yang diadakan oleh Kemendikbud dan mendapatkan penghargaan karya terbaik untuk kategori anak-anak," tutur Laras yang pernah mendapat penghargaan sebagai Maestro Seni Tingkat Remaja dari Kemendikbud RI pada 2014 itu.
Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani, Desak Made Diah Aristiani, dan Rio Raga Sakti, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/gsp)