Dalam masyarakat umum, tingkatan sosial biasanya ditandai dengan tinggi rendahnya jabatan atau perekonomian seseorang. Semakin tinggi kedua aspek tersebut, biasanya tingkatan sosial orang itu akan berada pada tingkat atas di pandangan masyarakat. Namun, lain halnya jika tingkatan ini dalam konteks masyarakat dengan budaya dan tradisi yang kuat seperti masyarakat di Pulau Dewata Bali.
Di Bali, tingkatan sosial ditandai dengan garis keturunan berdasarkan kasta yang dimiliki. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Bali sampai saat ini masih berpedoman pada sistem kasta dalam kehidupan sosialnya.
Sistem kasta ini mulanya bersumber dari sistem warna yang terdapat dalam ajaran agama Hindu, namun mengalami pergeseran makna hingga menjadi sistem wangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah apa saja tingkatan sosial dalam kasta di Bali ini? Simak informasi berikut beserta contohnya.
Dikutip dari artikel jurnal 'Metafora Konseptual Kasta Dalam Masyarakat Bali: Kajian Linguistik Kognitif' karya I Putu Ari Putra Maulana dkk dan 'Perubahan Sistem Warna Menjadi Wangsa, Labeling Kasta Pada Masyarakat Bali' karya I Gusti Ketut Widana dkk, berikut penjelasan masing-masing tingkatan sosial berupa kasta di Bali beserta contohnya.
Tingkatan Kasta di Bali
Eriksen (1998:242) menyatakan bahwa sistem kasta sebagai sebuah tatanan yang mengelompokkan semua masyarakat Hindu-Bali ke dalam kelompok-kelompok endogam dengan keanggotaan herediter, yang serentak memisahkan dan menghubungkan seseorang dengan yang lainnya melalui tiga karakteristik. Yakni pemisahan menyangkut perkawinan dan kontak, pembagian kerja dalam setiap kelompok yang mewakili satu profesi tertentu, dan akhirnya hirarki, sehingga masyarakat akan diurutkan pada sebuah skala yang memilah mereka ke dalam kasta tinggi dan rendah. Adapun berikut tingkatan kasta yang ada di Bali.
1. Kasta Brahmana
Kasta ini merupakan kasta tertinggi yang ada di Bali. Kasta ini berasal dari keturunan pendeta atau rohaniawan. Dalam kitab suci Rg Weda Mandala X, Catur Warna secara mitologis dikatakan lahir dari Dewa Brahma.
Adapun dalam mitologi tersebut, golongan brahmana diceritakan lahir dari mulut Dewa Brahma (pemberi pencerahan). Hal ini diperkuat sebagaimana yang disebutkan dalam kitab suci Slokantara, 61/78 yang berbunyi:
"Lalatajjyate wiprah ksatriyo bahujastatha"
Artinya: Orang Brahmana lahir dari kepala, Ksatria itu lahir dari tangan
Dengan demikian, orang-orang dengan kasta brahmana biasanya akan sangat dihormati di kalangan masyarakat karena dianggap dekat hal terkait religius sebagaimana pekerjaan yang dahulunya diemban. Hal itu pula, yang menyebabkan ada tingkatan bahasa tertentu yang harus dipakai ketika berbicara dengan orang yang berkasta brahmana.
Biasanya sor singgih basa Bali yang dipakai adalah bahasa alus singgih. Selain itu, nama-nama dari orang berkasta brahmana juga menjadi representasi dari tingkatan sosial mereka.
Berikut contoh nama awalan kasta brahmana:
- Ida Bagus _
- Ida Ayu _
- Dewa Ayu___
2. Kasta Ksatria
Kasta ini merupakan kasta tertinggi kedua yang ada di Bali. Orang yang memiliki kasta ksatria biasanya merupakan keturunan raja pada zaman dahulu.
Dalam kitab suci Rg Weda Mandala X, Catur Warna secara mitologis dikatakan lahir dari Dewa Brahma. Adapun golongan ksatria diceritakan lahir dari tangan Dewa Brahma yang menjadikan mereka memiliki kekuasaan untuk memerintah. Hal ini juga diperkuat dalam kitab suci Slokantara, 61/78 yang berbunyi:
"Lalatajjyate wiprah ksatriyo bahujastatha"
Artinya: Orang Brahmana lahir dari kepala, Ksatria itu lahir dari tangan,
Karena keistimewaan tersebut, orang-orang dengan kasta ksatria juga turut dihormati di kalangan masyarakat Bali. Sama dengan kasta brahmana, ketika berbicara dengan orang yang berkasta ksatria biasanya masyarakat juga akan memperhatikan sor singgih basa Bali dengan menggunakan bahasa Bali alus.
Adapun, representasi kasta sebagai penanda kelas sosial di Bali juga tandai dengan gelar yang tercantum pada nama. Berikut contoh nama awalan kasta ksatria:
- Dewa Agung
- Tjokorda
- Anak Agung
3. Kasta Waisya
Kasta Waisya merupakan kasta urutan ketiga, yang mana mereka berasal dari keturunan pedagang. Dalam kitab suci Rg Weda Mandala X, dijelaskan tentang Catur Warna secara mitologi lahir dari Dewa Brahma.
Dalam penjelasan itu, golongan waisya dikatakan lahir dari perut Dewa Brahma yang dimaknai sebagai tanda kesejahteraan. Hal itu, menjadikan golongan kasta waisya dinilai sebagai golongan yang dapat menciptakan kesejahteraan dengan keahliannya berdagang.
Selain itu, kasta waisya juga disebutkan lahir dari paha Brahmana sebagaimana disebutkan dalam kitab suci Slokantara, 61/78 yang berbunyi:
"Urubhyam jayate waisyah sudrastu padajastatha"
Artinya: Orang Waisya lahir dari paha, dan Sudra lahir dari kaki Brahma
Meski tidak sangat dihormati seperti orang-orang dengan kasta Brahmana atau Ksatria, dalam kehidupan sosial masyarakat Bali, orang dengan kasta waisya masih cukup terpandang. Selain itu, orang dengan kasta waisya juga memiliki gelar yang tercantum dalam namanya, ini menjadi ciri dari golongan waisya dalam tingkatan sosial di Bali.
Berikut contoh nama awalan kasta Waisya:
- Gusti __
- Ngurah__
- Dewa__
- Sang __
- Desak__
- Ngakan__
4. Kasta Sudra
Kasta ini biasanya dianggap sebagai kasta yang paling rendah karena berasal dari keturunan keturunan para budak, abdi, buruh, dan petani. Dalam kitab suci Rg Weda Mandala X, perihal sistem Catur Warna secara mitologi digambarkan berasal dari Dewa Brahma.
Adapun kasta Sudra dikatakan lahir dari kaki Dewa Brahma yang menandakan sebuah pelayanan. Hal itu kemudian dimaknai dengan tugas dari kasta sudra yang berhubungan dengan pelayanan dan pengabdian. Kelahiran yang berasal dari kaki Dewa Brahma ini sebagaimana yang tertuang dalam kitab suci Slokantara, 61/78 yang berbunyi:
"Urubhyam jayate waisyah sudrastu padajastatha"
Artinya: Orang Waisya lahir dari paha, dan Sudra lahir dari kaki Brahma
Karena posisinya sebagai kasta terbawah dalam 4 tingkatan kasta yang ada di Bali, orang-orang dengan kasta sudra biasanya tidak memiliki gelar apapun di namanya. Mereka juga biasanya tidak diistimewakan melalui sor singgih basa Bali dan dapat berbicara dengan bahasa biasa.
Meski demikian, kasta sudra tetap memiliki ciri yang menjadi penanda mereka di kehidupan sosial masyarakat yakni dengan penggunaan nama-nama sesuai urutan lahir.
Berikut contoh nama awalan kasta Sudra:
- Wayan__
- Putu__
- Made__
- Kadek__
- Nyoman__
- Komang__
- Ketut__
Demikianlah 4 tingkatan sosial berupa kasta yang ada di Bali. Meski dalam realitanya banyak yang memandang kasta sebagai kedudukan hierarki yang memperlihatkan tinggi rendahnya posisi seseorang, namun dalam wujud sejatinya, empat golongan tersebut adalah warna atau tugas yang memiliki kepentingan yang sama.
Mitologi dalam kitab Rg Weda Mandala X menggambarkan bahwa semua warna adalah ciptaan Brahma dengan kewajiban yang berbeda tapi penting satu sama lain bagi kelangsungan alam semesta. Sebagaimana hal itu ditegaskan dalam kitab suci Manawa Dharmasastra, 1.87 yang berbunyi:
"Sarwasya sya tu sargasya guptyartham sa mahadyutih mukha bahu rupajanam prthak karmanya kalpayat"
Artinya:
Untuk melindungi alam ini, Tuhan Yang Maha Cemerlang menentukan kewajiban yang berlainan terhadap mereka yang lahir dari mulutnya, dari tangannya, dari pahanya dan dari kakinya (Pudja dan Sudharta, 1977/1978 : 52).
Artikel ini ditulis oleh Ni Wayan Santi Ariani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)