Gong kebyar menjadi salah satu seni musik tradisional Bali. Seiring waktu kesenian Bali yang satu ini mampu mencerminkan dinamika budaya Bali.
Melalui sejarahnya hingga instrument yang memukau, perkembangan gong kebyar menjadi cerminan gemilang warisan budaya Pulau Dewata. Yuk simak informasi berikut ini mengenai Kesenian gong kebyar di Bali, yang telah kami rangkum dari berbagai sumber.
Mengutip dari laman disbud.bulelengkab, isidps.ac.id, gong kebyar menjadi tabuhan bersama dan serentak yang diiringi oleh hampir semua tungguhan pada perangkatnya kecuali tungguhan suling, kajar, rebab, kempul, bebende kemong, kajar dan terompong. Bentuk kebyar menjadi satu kesatuan dengan gending yang letaknya bisa di depan, di tengah, ataupun di bagian akhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenis kesenian kebyar sering digunakan pada iringan tarian maupun tabuh petegak (instrumental). Kesenian yang satu ini memiliki nuansa yang keras dengan tujuan kebyar mampu membangkitkan semangat orang-orang yang menyaksikannya.
Sejarah Kesenian Gong Kebyar
![]() |
Gong kebyar merupakan perpaduan dari Gender Wayang Gong Gede dan Pelegongan. Diperkirakan gamelan gong kebyar muncul pada awal abad XX di daerah Bali Utara tepatnya sekitar tahun 1915 di Desa Jagaraga. Namun terdapat informasi lainnya yang menyebutkan bahwa gong kebyar muncul pertama kali di Desa Bungkulan (Buleleng).
Melihat perkembangannya, kesenian gong kebyar mencapai puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari jauk yang bernama I Ketut Mario dari Tabanan. Kedatangannya kemudian menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong.
Instrumen dalam Gong Kebyar
![]() |
Terdapat tiga jenis gamelan kebyar yang telah berkembang di Bali, di antaranya:
1. Gamelan kebyar yang bersumber dari gong gede
2. Bersumber dari gamelan palegongan
3. Murni buatan baru
Gong kebyar terdiri dari lima nada dengan laras pelog, tetapi setiap instrumennya terdiri dari sepuluh bilah.
Barungan gong kebyar terdiri dari:
· Dua buah (tungguh) pengugal / giying
· Empat buah (tungguh) pemade / gansa
· Empat buah (tungguh) kantilan
· Dua buah (tungguh) jublag
· Dua buah (tungguh) penyacah
· Dua buah (tungguh) jegoggan
· Satu buah (tungguh) reong / riyong
· Satu buah (tungguh) terompong
· Satu pasang gong lanang wadon
· Satu buah kempur
· Satu buah kemong gantung
· Satu buah bebende
· Satu buah kempli
· Satu buah (pangkon) ceng-ceng ricik
· Satu pasang kendang lanang wadon
· Satu buah kajar
Perkembangan Gong Kebyar
![]() |
Secara fisik gong kebyar merupakan pengembangan dari gong gede dengan terdapat pengurangan peranan. Misalnya dalam hal ini, peranan terompong dalam gong kebyar dikurangi bahkan tidak dipakai dalam tabuh-tabuh tertentu.
Gangsa jongkok yang semula berbilah 5 kemudian mendapatkan perubahan menjadi gangsa gantung berbilah 9 atau 10. Cengceng kopyak yang semula terdiri dari 4 hingga 6 pasang kemudian diubah menjadi 1 atau 2 set cengceng kecil.
Kemudian kendang yang pada awalnya dimainkan dengan menggunakan panggul berganti dengan cara dimainkan menggunakan pukulan tangan.
Di Bali sendiri terdapat dua macam gaya utama gambelan gong kebyar, yaitu gambelan Gong Kebyar Bali Utara dan gambelan Gong Kebyar Bali Selatan. Kabupaten Buleleng menjadi wilayah dari daerah Bali Utara, sedangkan Kabupaten Badung, Tabanan, dan lainnya masuk ke dalam wilayah Bali Selatan.
Gaya gambelan kebyar Bali Utara dan Bali Selatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tungguhan gangsa, untuk Bali Utara bentuk bilah penjain dan dipacek sedangkan Bali Selatan menggunakan bentuk bilah kalorusuk dan digantung.
2. Gambelan Bali Utara terdengar lebih besar dari suara gambelan Bali Selatan, namun keduanya dalam patutan yang sama.
Artikel ini ditulis oleh Desak Made Diah Aristiani peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)