Pemerintah Khawatir Jumlah Penutur Bahasa Bali Kian Tergerus

Pemerintah Khawatir Jumlah Penutur Bahasa Bali Kian Tergerus

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Kamis, 28 Mar 2024 19:40 WIB
Kadisbud Bali I Gede Arya Sugiartha saat ditemui detikBali di ruang kerjanya, Kamis (28/3/2024). (I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Foto: Kadisbud Bali I Gede Arya Sugiartha saat ditemui detikBali di ruang kerjanya, Kamis (28/3/2024). (I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Denpasar -

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali khawatir jumlah penutur bahasa Bali semakin tergerus. Kekhawatiran menurunnya penutur karena banyak orang tua saat ini tidak mengajak anaknya berbahasa Bali di rumah, melainkan hanya membiasakan berkomunikasi lewat bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

"Cuma yang membuat kami khawatir itu, anak-anak itu takutnya tidak akan fasih," kata Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Bali I Gede Arya Sugiartha saat ditemui detikBali di ruang kerjanya, Kamis (28/3/2024).

Sugiartha menuturkan jumlah penduduk Bali saat ini mencapai 4,3 juta orang. Sekitar 86 persen di antaranya merupakan orang Bali yang beragama Hindu. Mereka hingga saat ini masih sebagai penutur bahasa Bali fasih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka, kata Sugiarta, paling berbahasa Bali di rumahnya masing-masing. Sebab, beberapa dari mereka masih mempunyai kakek yang memang sejak kecil berbahasa Bali dalam kesehariannya. Situasi itu tentu berbeda dengan anak-anak saat ini yang tidak diajak berbahasa Bali sejak kecil.

Sugiartha menilai, anak-anak di Bali pasti akan mengerti berbahasa Bali karena ketika sudah dewasa akan mulai bergaul di adat. Namun mereka tentu tidak akan fasih, terutama dalam penggunaan aksara Bali.

ADVERTISEMENT

"Itu yang kami khawatirkan. Makanya sekarang paling tidak sudah mulai juga di SD kan dia sudah dapat (pelajaran aksara Bali). Cuma kalau dipraktikkan tidak" jelasnya.

Mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu menilai jika anak-anak tidak diajak berbahasa Bali, maka penuturnya akan terus berkurang. Terlebih pembelajaran bahasa Bali di sekolah masih kurang meski sudah ada pelajaran muatan lokal sampai sekolah menengah pertama (SMP).

Sejumlah upaya dilakukan oleh Disbud dalam mempertahankan penutur Bahasa Bali. Disbud Bali, melalui desa adat, memberikan imbauan kepada orang tua untuk mengajak anaknya dalam kesehariannya menggunakan bahasa Bali.

Salah satu upayanya dilakukan saat acara pernikahan. Di sana biasanya ada pemberian petuah dari pihak laki-laki maupun perempuan. Petuah juga diberikan oleh prajuru adat yang biasanya diberikan oleh kelian adat. Disbud Bali menitipkan pesan melalui prajuru adat kepada pengantin agar ketika sudah punya anak nantinya agar diajak berbahasa Bali.

Sugiartha mengungkapkan, pesan kepada orang tua agar mengajak anak untuk berbahasa Bali dalam keseharian hanya sebatas imbauan. Tidak ada surat edaran mengenai hal itu agar kesannya tidak terlalu memaksa.

Selain melalui prajuru adat, pesan yang sama juga disampaikan dalam berbagai kegiatan bersama Dinas Pemberdayaan Masyarakat Adat (PMA). Sugiartha berharap, para orang tua tidak hanya mengajak anaknya berbahasa Indonesia dan Inggris, tetapi juga tetap melestarikan bahasa Bali.

"Bahasa Indonesia iya, bahasa Inggris juga enggak apa-apa, tapi cuman jangan lupa bahasa Bali. Orang tuanya ini biar dari kecil anak-anaknya diajak langsung lah sekalian tiga bahasa itu. Mungkin memanggilnya biasakanlah 'meme, bape' gitu biar kembali lagi. 'Ibu', 'ajik', gitu kan biar anak anak juga terbiasa," harapnya.

Upaya berikutnya yang dilakukan Disbud Bali dalam menjaga jumlah penutur Bahasa Bali dilakukan dengan menghadirkan penyuluh di setiap desa. Total ada 651 penyuluh bahasa Bali yang tersebar di masing-masing desa di Pulau Dewata.

"Di Bali kan ada 636 desa, ada 80 kelurahan. Cuma ada satu orang mengampu dua desa karena memang persebarannya tidak merata di kabupaten," jelasnya.

Para penyuluh bahasa Bali tinggal di desa sendiri. Mereka mendapatkan gaji Rp 3 juta setiap bulan. Salah satu tugasnya adalah mengajari anak-anak di banjar adat untuk berbahasa Bali.

Sugiartha mengungkapkan Disbud Bali membuat program di banjar adat dengan kepala desa dan desa adat, salah satunya berupa les bahasa Bali kepada anak-anak. Penyuluh bahasa Bali kemudian bertugas mengajar anak-anak dalam program itu.

Penyuluh bahasa Bali juga mempunyai tugas lain, misalnya membantu kepada desa. Sebab, banyak kepala desa yang tidak bisa membuat pidato bahasa Bali sehingga penyuluh membantu membuatkan. Penyuluh bahasa Bali juga membantu membuatkan plang-plang yang berisikan aksara Bali.

"Itu (penyuluh bahasa Bali) sejak 2016. Itu salah satu upaya kami melestarikan bahasa Bali selain memang program bulan bahasa kemudian juga desa adat kan, bagaimana kami memberdayakan desa adat," terang Sugiartha.

Upaya lain dari yang dilakukan Pemprov Bali untuk menjaga eksistensi bahasa Bali dengan menghadirkan Bulan Bahasa Bali. Peringatan Bulan Bahasa Bali digelar setiap Februari, dari tingkat provinsi hingga desa adat.

Disbud Bali kini berupaya terus memasyarakatkan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa adat. Desa adat di Pulau Dewata dapat menggelar peringatan Bulan Bahasa Bali memakai sebagian dana bantuan keuangan khusus (BKK) dari Pemprov Bali ke desa adat. Besarnya Rp 300 juta per desa adat setiap tahun.




(hsa/hsa)

Hide Ads