Persiapan Malam Pengerupukan, Sekaa Teruna di Denpasar Mulai Buat Ogoh-Ogoh

Persiapan Malam Pengerupukan, Sekaa Teruna di Denpasar Mulai Buat Ogoh-Ogoh

Aryo Mahendro - detikBali
Minggu, 14 Jan 2024 22:03 WIB
Proses pembuatan ogoh-ogoh di Denpasar, Minggu (14/1/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)
ST Yowana Werdhi, Denpasar Timur sedang mengerjakan salah satu bagian anatomi Ogoh-ogoh, Minggu (14/1/2024). (Aryo Mahendro/detikBali).
Denpasar -

Sejumlah Sekaa Teruna (ST) di Denpasar, Bali, sudah mulai membuat ogoh-ogoh untuk memeriahkan Hari Raya Nyepi atau malam Pengerupukan. Ada Sekaa Teruna yang sudah memulai membuat ogoh-ogohnya beberapa hari lalu, bahkan ada yang sudah punya konsep sejak beberapa bulan lalu.

Pantauan detikBali, sejumlah banjar di Denpasar sudah memajang kerangka ogoh-ogohnya. Ogoh-ogoh itu memakan proses hingga sebulan lebih dengan melibatkan semua anggota Sekaa Teruna dalam proses pembuatannya.

Salah satunya, ST Yowana Werdhi dari Banjar Batanbuah, Desa Kesiman, Denpasar Timur. ST yang tahun lalu dinobatkan sebagai juara II ogoh-ogoh se-Denpasar ini sudah memulai berkonsep dan mengeksekusinya sejak tiga hari lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk (perayaan hari Pengerupukan) Maret ini, kami sudah lakukan persiapan sejak tiga hari lalu," kata Konseptor ST Yowana Werdhi Hendra Kristiandinata ditemui detikBali di Banjar Batanbuah, Minggu (14/1/2024).

Saat ini Hendra dan kawan-kawan ST lainnya sudah mulai membangun struktur salah satu bagian anatomi ogoh-ogohnya. Proses pembuatan satu bagian itu, cukup rumit dan perlu kehati-hatian.

ADVERTISEMENT

"Sekarang baru sampai struktur (fisik ogoh-ogoh)," ujar Hendra.

Dia menuturkan, pembuatan struktur rangka ogoh-ogoh adalah hal pertama yang harus dikerjakan. Hendra menyebut benda-benda seperti besi, bambu, dan rotan menjadi bahan baku dalam pembuatan rangka ogoh-ogoh.

Setelah rangkanya jadi dan dinilai punya struktur yang kuat, barulah dimulai proses pembuatan tekstur anatomi ogoh-ogohnya. Proses itu termasuk melapisi dan menghias fisik ogoh-ogoh sesuai bangun rancang yang sudah dikonsep sebelumnya.

Proses pembuatan ogoh-ogoh di Denpasar, Minggu (14/1/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, desa Sidakarya, Denpasar Selatan sedang mengerjakan salah satu bagian anatomi Ogoh-ogoh, Minggu (14/1/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)

"Setelah itu mulai finishing. Ada pengecatan, penambahan aksesoris, dan lighting (sistem pencahayan di ogoh-ogohnya) juga. Termasuk kami gunakan teknologi untuk menggerakkan bagian-bagian ogoh-ogoh sesuai konsep desainnya," jelasnya.

Soal konsep penampilan ogoh-ogoh saat malam Pengerupukan nanti, Hendra masih merahasiakannya. Alasannya, supaya ada efek kejutan bagi para penonton.

Begitu pula soal koreografi tarian saat mengarak ogoh-ogohnya. Tapi, tema besar yang akan diusung dalam penampilan ogoh-ogohnya adalah Cahaya Kehidupan.

Tak hanya ST Yowana Werdhi, ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Desa Sidakarya, Denpasar Selatan, juga sudah mulai membuat ogoh-ogoh. Ketua ST Tunas Muda, Pagah Wedanta, mengatakan kawan-kawan banjarnya sudah mulai membuat ogoh-ogoh sejak Jumat (12/1/2024). Saat ini proses pembuatan ogoh-ogohnya sudah 10 persen.

"Waktu kami cuma sebulan sebelum 17 Februari nanti. Sekarang kami harus membuat tenda untuk tempat membuat ogoh-ogoh. Karena ogoh-ogoh yang kami buat selalu lebih tinggi dari (atap) banjar," jelas Pagah.

Pagah menjelaskan pembuatan ogoh-ogohnya mengutamakan bahan yang ramah lingkungan. Antara lain, bambu, kayu, dan segala jenis kertas. Hanya, untuk rangka ogoh-ogoh, dirinya tetap menggunakan besi.

Selain mampu menopang bobot ogoh-ogoh yang berat, besi lebih mudah dibentuk sebagai rangka sesuai rancang bentuk fisik yang sudah ditentukan. Material besi juga jamak digunakan dalam pembuatan ogoh-ogoh karena perkembangan zaman.

"Ya, jaman sudah canggih. Sudah ada besi, ya kami ikutilah pakai besi. Supaya juga ogoh-ogoh (performanya) maksimal, karena lebih kokoh," jelas Pagah.

Sama seperti Hendra, Pagah juga mengatakan dirinya belum memikirkan soal konsep dan koreografinya saat mengarak ogoh-ogohnya. Tapi, judul ogoh-ogoh secara umum akan mengusung harapan dari pelaku dunia seni kepada pemimpin Indonesia yang baru.

"Bukan politik, kami jauhkan dahulu bahasa politik itu. Tapi, tentang harapan para seniman. Jadi, tahun baru ini, setelah kami dapat pemimpin yang baru, itu yang coba kami kemas dalam (penampilan) ogoh-ogoh," tuturnya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Bali mengimbau untuk tidak menggelar lomba ogoh-ogoh dalam rangkaian Hari Raya Nyepi 2024. Alasannya, 2024 merupakan tahun politik yang perlu dijaga keamanannya terutama selama gelar Pemilu.

Meski begitu, warga Bali masih diperbolehkan mengarak ogoh-ogoh. Hanya saja, pawai ogoh-ogoh hanya diperbolehkan di wilayah desa adat masing-masing. Masyarakat juga diimbau untuk tetap menjaga ketertiban selama mengarak ogoh-ogohnya.




(nor/hsa)

Hide Ads