Sebanyak 360 sekaa teruna di Kota Denpasar, Bali, bakal mendapatkan bantuan keuangan khusus (BKK) masing-masing Rp 10 juta. BKK ini bertujuan untuk membantu sekaa teruna dalam pembuatan ogoh-ogoh dalam rangka Nyepi 2024.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara menjelaskan sejak 2022 BKK tersebut naik menjadi Rp 10 juta dari sebelumnya hanya Rp 3,5 juta. Kenaikan itu karena ada peningkatan harga bahan ogoh-ogoh dan kebutuhan yowana semakin banyak cakupan kegiatannya.
"Mudah-mudahan ke depannya sumber-sumber pendapatan daerah semakin meningkat jadi akan kami evaluasi," kata Raka saat ditemui detikBali di kantornya, Jalan Hayam Wuruk nomor 69 Denpasar, Bali, Rabu (10/1/2024)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raka mengatakan masih menunggu proposal dari masing-masing desa penyangga terkait BKK. Diharapkan pada Februari 2024 BKK dapat dicairkan secara bertahap.
"(BKK) Rutin diberikan tiap tahun sebagai perhatian pemerintah kepada adik-adik Yowana untuk melestarikan seni budaya dan membangun kreativitas mereka," ujarnya.
Menurutnya, BKK sebetulnya tak hanya dapat digunakan sekaa teruna dalam pembuatan ogoh-ogoh saja. Namun, juga dapat difokuskan untuk kegiatan kesenian lainnya misalnya seperti festival desa dan lomba-lomba seni.
Seperti yang dilakukan oleh sekaa teruna Renon yang tidak membuat ogoh-ogoh dalam rangka Nyepi selama beberapa tahun belakangan. Sekaa teruna tersebut tetap mendapatkan BKK dan dana tersebut digunakan sebagai biaya untuk penyelenggaraan kegiatan seni budaya.
Di sisi lain, sesuai hasil FGD pada Oktober 2023, Dinas Kebudayaan akan kembali menggelar Kesanga Festival yang kedua. Kegiatan tersebut bakal digelar pada 1-3 Maret 2023 dengan mengambil lokasi di kawasan Patung Catur Muka Denpasar.
Sebelum itu, Dinas Kebudayaan akan menilai ogoh-ogoh di masing-masing kecamatan untuk memperebutkan predikat 12 ogoh-ogoh terbaik. 12 ogoh-ogoh terbaik akan diparadekan di tingkat kota melalui Kesanga Festival.
"Untuk pembuatan ogoh-ogoh ini yowana sudah dibekali dalam FGD bahwa ogoh-ogoh tidak boleh bernuansa politik dan sara. Jadi, semua ada tatwa (filsafatnya) sesuai dengan budaya dan kearifan Hindu Bali," ungkap Raka.
(nor/gsp)