Tradisi Male Telur-Ambur Salim Saat Maulid di Jembrana Diikuti 11 Bayi

Tradisi Male Telur-Ambur Salim Saat Maulid di Jembrana Diikuti 11 Bayi

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Kamis, 28 Sep 2023 17:21 WIB
Tradisi male telur dan ambur salim masih dilestarikan oleh masyarakat Bugis Melayu di Kabupaten Jembrana, Kamis (28/9/2023).
Foto: Tradisi male telur dan ambur salim masih dilestarikan oleh masyarakat Bugis Melayu di Kabupaten Jembrana, Kamis (28/9/2023). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Jembrana -

Tradisi male telur dan ambur salim masih dilestarikan oleh warga keturunan Bugis Melayu di Loloan Timur, Kabupaten Jembrana, Bali. Tradisi ini digelar bertepatan Maulid Nabi Muhammad. Tahun ini, ada 11 bayi yang menjalani tradisi tersebut.

Tradisi male telur adalah tradisi menghias telur dengan berbagai bentuk dan warna. Telur-telur tersebut kemudian diarak ke masjid untuk mengikuti prosesi potong rambut bayi. Sementara, tradisi ambur salim adalah tradisi menghamburkan beras kuning dan uang logam. Tradisi ini dilakukan setelah prosesi potong rambut bayi selesai.

Menurut Mahally, salah seorang tokoh masyarakat Loloan Timur, tradisi male telur dan ambur salim memiliki makna yang mendalam. Tradisi male telur bermakna kelahiran kembali, sedangkan tradisi ambur salim bermakna keselamatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tradisi male telur dan ambur salim merupakan tradisi yang telah turun-temurun di masyarakat kami. Tradisi ini menjadi simbol bahwa bayi telah memasuki masa baru dalam hidupnya," ungkap Mahally ditemui detikBali, Kamis (28/9/2023).

Mahally membeberkan tradisi potong rambut bayi ini biasanya disertai pembuatan male, yaitu telur yang diwadahi berbagai bentuk dan dihias berwarna-warni kemudian diarak oleh warga menuju masjid atau musala.

ADVERTISEMENT

Male yang sudah dihiasi dilengkapi dengan rantasan, berupa setumpuk barang di atas talam, kain yang belum pernah dipakai, beras kuning, uang logam, kelapa gading, keris (pusaka), dan barang-barang untuk merias diri sesuai jenis kelamin bayi.

"Prosesi potong rambut bayi ini biasanya dilakukan oleh orang yang dituakan di desa atau oleh orang yang dianggap memiliki ilmu spiritual," kata Mahally.

Setelah prosesi potong rambut selesai, dilanjutkan dengan tradisi ambur salim. Prosesinya menghamburkan beras kuning dan uang logam.

Tahun ini, pelaksanaan tradisi male telur dan ambur salim di Loloan Timur terasa kurang meriah. Sebab, warga yang mengikuti upacara potong rambut bayi terhitung sedikit. Hanya dihadiri 11 bayi.

"Tahun-tahun sebelumnya, jumlah bayi yang mengikuti tradisi ini lebih dari 20 bayi dan lebih meriah lagi karena setelah pandemi itu masyarakat rindu dengan tradisi ini, sehingga dilaksanakan sangat meriah," ujar Mahally.




(hsa/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads