Tak Surut Minat Belajar Bahasa Bali

Bulan Bahasa Bali

Tak Surut Minat Belajar Bahasa Bali

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Minggu, 05 Mar 2023 12:58 WIB
Ilustrasi - Jadwal Pesta Kesenian Bali (PKB) Sabtu 9 Juli 2022. Ada Utsawa (Parade) Arja Klasik, Sekaa Arja Sari Dharma Kerti, Banjar Lantang Bejuh, Sesetan, Denpasar.
Ilustrasi (Foto: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali)
Denpasar -

Kecenderungan orang tua gengsi mengajarkan anaknya berbahasa Bali dianggap menjadi salah satu faktor menyusutnya jumlah penutur bahasa Bali. Di tengah keraguan akan eksistensi bahasa Bali, ternyata program studi (prodi) Sastra Bali di Universitas Udayana (Unud) masih mempunyai cukup peminat.

Salah satu mahasiswa Prodi Sastra Bali Unud, Ni Kadek Unik Jayanti mengakui bahasa Bali bukanlah bahasa utama yang dapat digunakan oleh banyak orang. Namun, ia tak menyesal memilih Prodi Sastra Bali. Menurutnya, tujuan mempelajari bahasa Bali tak melulu tentang dunia industri.

"Saya kebetulan mengajar ekstra mekidung dan mengajar les bahasa Bali bagi murid-murid SD. (Mata kuliah di prodi) sangat bermanfaat bagi saya karena saya bisa menerapkannya di luar kampus," kata Jayanti yang juga Ketua Himpunan Mahasiswa Prodi Sastra Bali Unud, Senin (20/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jayanti berencana melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2. Mahasiswi yang kini menempuh semester VI itu berharap ilmu yang dia pelajari saat ini berguna bagi kehidupan sehari-hari.

"Semoga sarjana Sastra Bali bisa mendapatkan peluang kerja yang lebih luas. Sehingga skill kami tidak melenceng dari yang dipelajari selama ini," imbuhnya.

Mahasiswa Prodi Sastra Bali Unud lainnya, Putu Agus Satrya Laksana Putra mengaku lulusan Sastra Bali akan menemui tantangan dalam dunia industri. Ia memilih Prodi Sastra Bali untuk mengembangkan kompetensinya dalam dunia pedalangan.

"Alumni sastra bahasa Bali ada yang bekerja di perpustakaan nasional, staf lontar, bekerja di dinas kebudayaan dan museum," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Prodi (Kaprodi) Sastra Bali Unud I Ketut Ngurah Sulibra menjelaskan rata-rata peminat Sastra Bali setiap angkatan sekitar 70-100 pelamar. Hanya saja, setiap angkatan hanya membuka satu kelas dengan jumlah mahasiswa maksimal 40 orang.

"Sastra Bali tetap menjadi nyawa dari kebudayaan Bali. Ditambah dengan adanya Peraturan Gubernur tentang bahasa, aksara, dan sastra di ruang publik," kata Sulibra, Senin (20/2/2023).

Sulibra merinci jumlah mahasiswa Prodi Sastra Bali angkatan 2018 sebanyak 31 orang, angkatan 2019 (29 orang), angkatan 2020 (35 orang), angkatan 2021 (38 orang), dan angkatan 2022 (33 orang). Peminat Prodi Sastra Bali tak hanya mahasiswa dari Bali. Ada juga mahasiswa yang berasal dari Jawa dan Sulawesi.

Kendati demikian, Sulibra mengakui bahasa Bali kalah gengsi dengan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Ia pun tak menampik jumlah penutur bahasa Bali menyusut, terutama di kota-kota.

"Secara definisi bahasa ibu itu kan bahasa yang pertama kali diperkenalkan kepada anak-anak. Dan ini suatu persoalan yang di sisi lain harus diatasi," imbuhnya.

Sulibra berkeyakinan para alumni Prodi Sastra Bali dapat bersaing di dunia kerja. Padahal, sebagai bahasa daerah, ruang lingkup penggunaan bahasa Bali sangat terbatas. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, ataupun bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan internasional.

"Pasar kerja bagi lulusan Sastra Bali terbuka lebar. Apalagi Pemda Bali juga mengadopsi lulusan menjadi penyuluh kebudayaan. Tidak menutup kemungkinan lulusan melanjutkan S2 Linguistik, Kajian Budaya, dan lainnya," kata Sulibra.




(iws/gsp)

Hide Ads