Sebagian masyarakat di Buleleng, Bali merayakan tradisi munjung pada saat Galungan. Tradisi munjung adalah mendatangi kuburan sanak saudara untuk menghaturkan sesajen yang dinamakan banten punjung.
Pantauan detikBali di Setra Desa Adat Buleleng, Rabu (4/1/2023), krama mulai berdatangan dengan membawa banten punjung yang akan dipersembahkan. Banten kemudian dihaturkan di pusara keluarga yang telah meninggal dunia dan belum diaben.
Setelah dihaturkan banten kemudian dilungsur lalu dimakan bersama-sama. Salah seorang krama (warga) asal Kelurahan Banjar Bali Made Widiastra mengaku, rutin melaksanakan tradisi munjung setiap ada hari besar umat Hindu. Seperti saat Galungan, kuningan maupun pagerwesi. Tradisi ini, menurutnya telah dilaksanakan sejak turun temurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga akan menghaturkan sesajen berupa banten punjung, yang di dalamnya berisi aneka macam makanan. Di antaranya nasi kepal, jajan Bali, serta makanan kesukaan keluarga yang telah meninggal.
"Di dalamnya itu ada nasi kepal, ada buah, dan ada hal lain yang mereka (almarhum) senangi. Kkalau ibu saya dulu suka sama tape, jaja uli, tape ketan, ya bawakan itu juga ke sini," kata Made Widiastra saat ditemui di Setra Desa Adat Buleleng, saat munjung, Rabu (4/1/2023).
Menurutnya tradisi munjung dilaksanakan sebagai ungkapan syukur atas rejeki yang didapat dengan berbagi kepada keluarga yang telah meninggal dunia dan belum diaben. Dengan memberikan bekal berupa banten punjung.
Tradisi ini kata dia akan rutin dilaksanakan sebelum nantinya menggelar prosesi ngaben baik di dadia maupun ngaben masal dari desa adat.
"Ini rangkaian hari raya Galungan, kami sebagai umat yang punya keluarga yang belum diabenkan, kami sebagai yang masih diberi kehidupan menghormati dan memberikan dia bekal," jelasnya.
Sementara itu Bendesa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, tradisi munjung sudah dilaksanakan sejak lama. Ia memperkirakan sejak Setra Adat Buleleng pada tahun 183, tradisi ini sudah dilaksanakan oleh krama di Desa Adat Buleleng.
ia pun tak menampik saat ini warga yang melaksanakan munjung semakin sedikit, karena sudah banyak yang melaksanakan pengabenan.
Akan tetapi ia meyakini tradisi ini akan tetap lestari, sebab salah satu banjar di Wewidangan Desa Adat Buleleng yakni Banjar Jawa memiliki dresta bahwa krama di banjar jawa wajib mertiwi (dikubur) terlebih dahulu sebelum nantinya melaksanakan proses pengabenan.
"Saya kira dresta dan munjung itu akan tetap ada, karena beberapa banjar adat ada yang harus mertiwi dulu yaitu Banjar Jawa. Jadi tradisi munjung ini pasti ada, makanya tradisi ini tidak akan punah karena drestanya dia mertiwi dulu baru ngaben," kata Sutrisna Rabu (4/1/2023).
(nor/hsa)