.webp)
Dua hari lagi umat Nasrani akan merayakan Hari Raya Natal 25 Desember 2022. Di Bali sendiri, terdapat perayaan Natal unik, yaitu tradisi ngejot dan penjor.
Dilansir dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pulau Dewata yang kental dengan agama Hindu, juga memiliki tradisi perayaan Natal unik. Maka tak heran, jika Bali disebut sebagai tempat dengan nilai toleransi agama yang tinggi.
Umat Nasrani di Bali biasanya akan melakukan tradisi ngejot dan penjor menjelang perayaan Natal. Tak hanya umat Nasrani, bahkan umat Islam juga seringkali melakukan tradisi ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ngejot merupakan tradisi saling membagikan makanan ke sesama. Biasanya makanan yang disiapkan untuk tradisi ngejot disesuaikan dengan agama masing-masing.
Seperti dikutip dari detikFood, untuk tradisi ngejot, masyarakat menata makanan seperti aneka lauk, kue, dan buah-buahan dalam wadah nampan, kemudian diantarkan ke tetangga terdekat.
Umat Hindu yang melaksanakan ngejot biasanya mengantar makanan urap, lawar, daging, dan makanan khas Bali lainnya. Sementara umat Muslim yang melaksanakan ngejot saat Lebaran, mengantar makanan ketupat dan opor ayam.
Nah untuk perayaan Natal, umat Nasrani biasanya mengantar makanana ayam panggang dan kue manis, atau menu babi kecap, telur, dan sayur. Tradisi ngejot sebagai simbol kerukunan antar umat beragama ini masih sering dilakukan di daerah pedesaan.
Sementara itu, penjor yang terbuat dari bambu-bambu tinggi melengkung dan janur kuning yang dihias cantik. Penjor sendiri biasanya dipasang saat Hari Raya Galungan.
Namun saat perayaan Natal di Bali, ada juga memasang penjor di depan rumah sebagai tanda pemilik rumah sedang bersukacita merayakan hari besar. Pemasangan penjor ini juga sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan.
Tradisi Meriam Bambu di NTT
Berbeda dengan Bali, umat Nasrani di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki tradisi perayaan Natal unik dan seru. Ialah pesta meriam bambu, yang ramai dimainkan sejak tahun 1980an oleh warga setempat.
Suara menggelegar dari meriam bambu menjadi momen yang ditunggu-tunggu menjelang Natal. Tradisi meriam bambu ini diartikan sebagai sambutan terhadap kelahiran Yesus Kristus.
(irb/dpra)
