Ada satu tradisi sunatan adat unik di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menggunakan beragam sesajen dalam prosesinya. Budaya ini hanya dapat ditemukan di Desa Saneo, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, di Pulau Sumbawa.
Masyarakat Saneo mengenal berbagai jenis sesajen saat sunat adat dengan sebutan Soji ra Sangga. Berbagai jenis sesajen seperti nasi ketan, beras kuning, pisang, telur, hingga jajanan tradisional yang disebut pangaha Bunga.
Jajanan pangaha Bunga ini menyerupai gunung, karena tingginya harus melebihi tinggi anak yang disunat ketika dibentuk dengan cara disusun. Jajanan tradisional ini dibuat menggunakan bahan dasar beras ketan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Saneo secara turun temurun percaya bahwa jika ada sesajen atau Soji yang kurang atau tidak lengkap, maka anak yang akan disunat akan mengalami gangguan kejiwaan.
"Semua jenis sesajen harus ada. Jika ada yang kurang maka anak yang disunat bisa gila. Itulah kepercayaan sejak jaman nenek moyang kami yang kami percayai sampai sekarang," kata salah seorang warga Saneo, Abakar.
Jika Anda berkesempatan jalan-jalan di Desa Saneo saat ini, Anda pasti akan menemukan kegiatan ini. Upacara sunat adat tersebut hanya digelar ketika musim panen selesai atau pada April hingga Juli.
Dalam prosesinya, seorang anak laki-laki yang akan disunat terlebih dahulu mengikuti ritual adat dengan mengucapkan sumpah atau Makka (dalam bahasa Dompu). Ritual ini ditandai dengan mengacungkan keris pusaka oleh anak di hadapan para orang tua. Anak tersebut kemudian mengucapkan cita-cita atau harapan di masa depannya.
"Tas Ruma ee, Mada ra maru ku awa sori la Miri, maru pita ku diwu manteko, ku nee raka wei mantika, huumm..." teriak seorang anak yang akan disunat ketika mengucap Makka.
Setelah prosesi itu, anak yang akan disunat dibawa ke tempat sunat yang telah dipersiapkan. Tapi sebelum itu, anak terlebih dahulu dimandikan menggunakan air suci yang dicampur bunga dan dedaunan. Air tersebut dipercaya dapat membuat anak tidak merasakan kesakitan saat disunat.
"Bukan dimandikan, tapi semacam disirami dengan air suci yang disimpan dalam wadah gentong kecil. Ini dipercaya agar anak tidak merasakan sakit saat disunat," tutur salah seorang warga Saneo, Abakar kepada detikBali, Minggu (17/7/2022).
Saat proses sunat, para orang tua yang mendampingi anaknya menaburkan beras kuning pada sekeliling. Hal itu dipercaya dapat mengusir roh jahat yang dapat merasuki anak yang disunat.
Tak hanya itu, saat proses sunat berlangsung diiringi dengan suara tabuhan gendang dan suling. Hal itu juga dipercaya untuk mengusir roh jahat sekaligus untuk mengabarkan kepada warga lain bahwa ada anak yang sedang disunat.
Tradisi sunat adat sudah mulai dikenal di kalangan masyarakat sejak zaman Kesultanan Dompu. Meski sedang berada di era modern, tradisi ini masih ada dan terus dijaga kelestariannya.
Menurut penuturan warga Saneo, seiring berkembangnya zaman, prosesi sunat perlahan berubah. Belakangan, prosesi sunatan dilakukan secara medis yang prosesnya menggunakan jasa petugas Puskesmas Desa. Meski begitu, nilai budaya yang terkandung di dalamnya masih tetap dipertahankan.
Simak Video "Video: Mensos Titip Pesan Buat Bendahara-Tata Usaha Sekolah Rakyat"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)