Tabanan Bakal Menampilkan 150 Seniman di Pawai Pembukaan PKB 2022

Tabanan Bakal Menampilkan 150 Seniman di Pawai Pembukaan PKB 2022

Chairul Amri Simabur - detikBali
Jumat, 10 Jun 2022 15:49 WIB
Kontingen seni Kabupaten Tabanan sedang mempersiapkan geladi kotor dan properti saat pawai pembukaan PKB Ke-44 Tahun 2022 di depan Kantor Bupati Tabanan, Jumat (10/6/2022).
Foto: Kontingen seni Kabupaten Tabanan sedang mempersiapkan geladi kotor dan properti saat pawai pembukaan PKB Ke-44 Tahun 2022 di depan Kantor Bupati Tabanan, Jumat (10/6/2022). (Chairul Amri Simabur/detikBali)
Tabanan -

Kabupaten Tabanan akan mengerahkan sekitar 150 orang seniman dalam pelaksanaan peed aya atau pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-44 Tahun 2022 yang dijadwalkan bakal digelar Minggu (12/6/2022).

Pada hari ini (10/6/2022), ratusan seniman yang dilibatkan saat pawai pembukaan tersebut menjalani geladi kotor di halaman kantor Bupati Tabanan. "Hari ini kami melakukan geladi kotor dan persiapan untuk pawai pembukaan PKB ke- 44 Tahun 2022," jelas Kepala Dinas Kebudayaan, I Wayan Sugatra.

Ia menjelaskan, peed aya atau pawai merupakan salah satu materi rutin pada hari pertama atau saat pembukaan ajang seni dan budaya tahunan tersebut. "Tahun ini dalam peed aya kami membawa lakon Lingga Petak. Sesuai tema besar PKB tahun ini Danu Kerthi : Huluning Amerta atau memuliakan air sebagai sumber kehidupan," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum ia menjelaskan, kontingen seni dari Tabanan yang akan mengikuti pawai terdiri dari tiga barisan. Pada baris pertama terdiri dari iring-iringan Payas Agung lalu pengusung gebogan bunga dan buah.

Gebogan merupakan kumpulan sarana upacara atau sesajen berupa buah dan bunga yang disusun sedemikian rupa dan indah. Barisan kedua terdiri dari kesenian musik tradisional seperti Tek-tekan, sejenis alat musik pukul dari bambu, serta Okokan atau kesenian musik yang menyerupai kalung sapi berukuran besar. Sedangkan di barisan terakhir, kontingen seni Tabanan akan mempersembahkan fragmentari dengan lakon Lingga Petak.

ADVERTISEMENT

Lakon ini mengangkat sejarah Pura Lingga Petak yang berada di Danau Beratan. Pura tersebut memiliki empat pintu yang menghadap empat arah mata angin.

"Tiap arah mata angin pura tersebut terdapat tirta keramat Ulundanu Beratan yang merupakan sumber air masyarakat Tabanan dalam menjalankan aktivitas pertanian. Khususnya yang berkaitan dengan subak abian dan sawah," jelasnya

Pura Lingga Petak merupakan tempat pemujaan Ida Bhatari Ulundanu dalam manifestasinya sebagai dewi kesuburan, memberikan air sebagai sumber kehidupan untuk binatang, tumbuh-tumbuhan, dan manusia.

Selain itu, Pura Ulun Danu Beratan juga sering difungsikan sebagai tempat melasti dan memohon tirta amerta agar Tabanan khususnya subak menjadi subur. Seiring dengan turunnya tirta amerta tersebut Dewa Iswara pun turun ke dunia berubah wujud menjadi Barong Swari bertujuan menetralkan unsur-unsur negatif yang mengganggu kehidupan manusia.

Dari lakon ini, sambungnya, sebagai masyarakat Bali sepatutnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Dalam kisah ini, kelalaian dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan akan membuat Ida Bhatari Ulundanu murka dan berwujud Durga. "Dan menyebarkan wabah penyakit atau gering yang menyebabkan penderitaan bagi masyarakat," pungkasnya.




(kws/kws)

Hide Ads