Vihara Giri Manggala, Bukti Nyata Toleransi Budha-Hindu di Bali

Vihara Giri Manggala, Bukti Nyata Toleransi Budha-Hindu di Bali

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Senin, 16 Mei 2022 22:24 WIB
Umat Budha di Desa Alasangker, Buleleng saat melakukan persembahyangan di Vihara Giri Manggala, Senin (16/5/2022)
Umat Budha di Desa Alasangker, Buleleng saat melakukan persembahyangan di Vihara Giri Manggala, Senin (16/5/2022). (Foto: Made Wijaya Kusuma)
Buleleng -

Perayaan Hari Raya Waisak 2566 di Vihara Giri Manggala Desa Alas Angker, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali pada Senin (16/5/2022) dilangsungkan secara unik dan berbeda.

Berbeda dan terkesan unik karena saat perayaan Waisak, umat Budha di sini menggelar persembahyangan dengan kental budaya adat Bali.

Selain mengenakan pakaian adat Bali, saat persembahyangan berlangsung, umat Budha di Vihara Giri Manggala juga menghaturkan sarana berupa canang dan buah-buahan yang dibentuk menjadi pajegan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan pantauan detikBali, nuansa khas budaya Bali itu terlihat sari area pintu masuk vihara. Hampir setiap patung Budha yang ada di vihara dihaturi dengan canang sari dan pajegan.

Ketua Dayaka Sabha Vihara Giri Manggala Desa Alasangker Gede Riyasa Mengatakan persembahyangan yang dilakukan oleh umat Budha di Desa Alasangker memang identik dengan Hindu. Seperti berpakaian adat Bali, serta membawa dan menghaturkan sarana berupa canang dan buah.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, hal itu dilakukan karena umat Budha yang ada di Desa Alasangker merupakan orang Bali asli. "Jadi kebiasaan itu merupakan upaya untuk tetap menerapkan dan melestarikan budaya Bali,"terang Gede Riyasa saat ditemui oleh detikBali seusai melaksanakan persembahyangan, Senin (16/5/2022).

Bukan hanya itu, kata Gede Riyasa toleransi antar umat bergama yang ada di Desa Alasangker juga sangat tinggi.

Tak jarang bilamana ada perayaan di vihara, umat hindu juga melakukan persembahyangan.

Begitupun sebaliknya jika ada piodalan di Pura Kahyangan Tiga, umat Budha juga akan ikut melakukan persembahyangan di pura.

"Ya kalau dari budaya mengingat kita itu orang Bali pribumi, jadi kita mengikuti adat istiadat Bali. Jadi kita ke wihara mengenakan pakaian adat Bali, membawa persembahan seperti canang sama seperti orang Bali, dan kemudian toleransi di sini juga sangat bagus" jelasnya.

Kata Riyasa, persembahyangan detik-detik Waisak sudah dimulai dari pukul 12.13WITA. Kemudian sekitar pukul 16.00 WITA dilaksanakan upacara penyambutan hari raya Waisak.

Lebih lanjut Riyasa mengatakan, bahwa pihaknya merasa sangat bersyukur karena telah bisa merayakan persembahyangan bersama setelah selama kurang lebih 2 tahun dilakukan pembatasan untuk umat yang bersembahyang di vihara akibat pandemi Covid19.

"Puji syukur kita kepada tuhan yang maha esa karena di tahun ini kita bisa melaksanakan kegiatan seperti ini sehingga tradisi yang sudah kita bangun dari dulu itu jadinya bisa kita lakukan kembali" tukas Riasa.




(dpra/dpra)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads