Budaya kampung muslim yang ada di Bali sangat kental dengan adat istiadat Bali. Hal itu terlihat dari adanya beberapa tradisi Bali yang juga dilaksanakan oleh umat muslim seperti megibung (makan bersama), ngejot (saling memberi makanan), dan masih banyak lagi.
Hal tersebut juga terlihat di Kampung Sasak yang berada di Desa Bukit, Kabupaten Karangasem. Warga muslim di Kampung Sasak melakukan kebiasaan yang bisa terbilang unik, yaitu nunas tirta atau meminta air yang sudah disucikan setelah selesai melakukan salat pada saat Hari Raya Idul Fitri.
Nunas Tirta merupakan kegiatan memohon air suci yang biasa dilakukan umat Hindu usai bersembahyang. Nunas Tirta tersebut dilakukan oleh warga Kampung Sasak sebagai bentuk rasa syukur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah melakukan salat id, warga muslim dari Kampung Sasak membawa apean atau pajegan ke masjid. Apean mirip seperti konsep pajegan dalam tradisi Bali, namun tanpa hiasan janur dan bunga. Hanya buah buahan yang ditata rapi di atas nampan atau bokor. Apean tersebut juga dilengkapi dengan beberapa lembar uang sebagai sesari.
"Apean atau pajegan dalam bahasa bahasa Bali ini terdiri dari buah-buahan yang merupakan hasil bumi yang ada di sini lengkap dengan sraup atau sesari yang nantinya akan diberikan kepada tetua atau tuan guru yang ada di masjid ini," kata salah satu tokoh agama di Kampung Sasak, Erno, kepada detikBali Senin (2/5/2022).
Menurut Erno, sebelum pandemo COVID-19, apean yang dibuat masyarakat umumnya tinggi seperti pajegan umat Hindu Bali. Namun seiring menurunnya ekonomi masyarakat pada masa pandemi, sebagian besar apean dibuat pendek.
Membuat apean dan nunas tirta, menurut Erno, merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas nikmat dan karunia-Nya selama ini. Apalagi setelah umat muslim selesai melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan lamanya.
Setelah seluruh warga berkumpul dengan membawa apean masing masing, dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh tuan guru yang ada di masjid setempat. Setelah itu seluruh warga berkumpul untuk nunas tirta secara bersamaan, baik orang tua maupun anak-anak.
"Setelah selesai nunas tirta maka seluruh warga akan menyantap apean atau pajegan yang dibawa tersebut secara bersama-sama, bahkan kadang masyarakat Hindu yang ada di sini juga ikut berbaur," ujar Erno.
(nke/nke)