Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat inflasi bulanan sebesar 0,34 persen pada November 2025. Kenaikan harga tomat serta emas perhiasan menjadi pemicu utama inflasi kali ini.
"Inflasi kali ini dipicu oleh kelompok pengeluaran, makanan, minuman dan tembakau. Yakni harga tomat dan emas perhiasan," kata Kepala BPS NTB Wahyudin, seusai rilis data inflasi di kantornya, Senin (1/12/2025).
"Makanan, minuman dan tembakau ini memberi andil inflasi sebesar 0,91 persen," sambungnya.
Wahyudin menuturkan ada beberapa komoditas yang turut andil inflasi pada November 2025, di antaranya, tomat 0,09 persen, emas perhiasan 0,08 persen.
"Kemudian disusul angkutan udara 0,05 persen, ikan teri 0,05 persen, dan bawang merah 0,05 persen," jelasnya.
Di sisi lain, sejumlah komoditas mencatatkan deflasi. Antara lain, daging ayam ras 0,06 persen, beras 0,05 persen, udang basah 0,04 persen, caba rawit 0,02 persen, dan kol putih/kubis 0,02 persen.
Dari sisi wilayah, inflasi tertinggi terjadi di Kota Bima sebesar 0,59 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 109,50. Kemudian disusul Kota Mataram dengan inflasi 0,32 persen dan IHK 109,66. Sementara Kabupaten Sumbawa dengan inflasi 0,29 persen dengan IHK 109,22.
"Semua kota/kabupaten IHK mengalami inflasi (m-to-m) ada bulan November 2025," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahyudin menjelaskan ada beberapa komoditas yang menyumbang besar terhadap inflasi di wilayah IHK NTB, di antaranya tomat, emas perhiasan, angkutan udara, wortel, susu cair kemasan, ikan teri, cumi-cumi, ikan tongkol, bawang merah, ayam hidup, serta makanan ringan/snack.
"Dan rata-rata yang mendominasi untuk kota/kabupaten wilayah IHK adalah komoditas tomat dan emas perhiasan," tandasnya.
(hsa/hsa)











































