Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat inflasi bulanan (m-to-m) sebesar 0,17 persen pada Juli 2025. Inflasi kali ini didorong oleh kenaikan harga beras hingga bawang merah.
"Inflasi kita kali ini dipicu oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau. Yakni, beras dan bawang merah," kata Kepala BPS NTB Wahyudin seusai rilis data inflasi di kantornya, Jumat (1/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahyudin memerinci naiknya harga beras menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil sebesar 0,07 persen. Disusul bawang merah 0,06 persen, ikan tongkol 0,04 persen, cabai merah 0,02 persen, dan tomat 0,02 persen.
Sementara itu, sejumlah komoditas tercatat memberi andil terhadap deflasi. Di antaranya, cumi-cumi 0,06 persen, kacang panjang 0,02 persen, udang basah 0,02 persen, ikan kembung 0,02 persen, serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan 0,01 persen.
Dari sisi wilayah cakupan Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi bulanan tertinggi terjadi di Kota Bima sebesar 0,48 persen dengan IHK 108,63. Disusul Kota Mataram 0,25 persen dengan IHK 108,85, dan Kabupaten Sumbawa deflasi 0,03 persen dengan IHK 109,13.
"Seluruh wilayah kabupaten/kota IHK di Provinsi NTB mengalami inflasi bulanan pada Juli 2025," jelas Wahyudin.
Ada beberapa komoditas yang memberi andil besar terhadap inflasi di wilayah IHK NTB. Antara lain, beras, bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, rekreasi, jeruk, angkutan udara, hingga tomat.
"Yang mendominasi untuk kota/kabupaten wilayah IHK kali ini ada pada komoditas beras dan bawang merah," tandasnya.
(hsa/hsa)