Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan program UMKM BISA telah memfasilitasi sebanyak 609 UMKM selama Januari-Juni. Nilai transaksinya mencapai US$ 87,04 juta atau Rp 1,3 triliun.
"Januari sampai Juni ini sudah sekitar 609 UMKM terfasilitasi dan transaksinya sudah US$ 87,04 juta, sudah Rp 1,3 triliun. UMKM ini nggak pernah ketemu, jadi cukup online," kata Budi dalam sambutannya di acara pelepasan ekspor vanila, kayu manis, dan madu di Denpasar, Selasa (29/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menyampaikan nilai ekspor Indonesia meningkat 6,95 persen pada Januari hingga Mei. Dia berharap produk-produk yang ada, tapi belum dikemas dengan baik dapat tercover.
Budi melihat Indonesia masih kekurangan UMKM di bidang pengemasan dan ekspedisi. Padahal, produknya sangat banyak.
"Kita ada pelatihan packaging yang bagus, adanya di Jakarta. Karena banyak produk setelah kita desain, bisa ekspor. Tadinya mungkin desainnya kurang bagus setelah kita lakukan pembenahan kita bisa ekspor," jelas Budi.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster bersyukur Bali dengan luas pulau yang terhitung kecil tetapi dianugerahi banyak tanaman-tanaman yang luar biasa.
"Beras bali sangat terkenal, kopi bali sangat terkenal, garam bali juga sangat terkenal, arak bali juga terkenal, vanila, madu, dan saya baru dengar kayu manis. Baru pertama saya dengar," kata Koster.
Koster akan mendalami produk-produk yang telah diekspor selama ini. Dia berencana akan mengembangkan dari hulu ke hilir agar nilai ekonominya meningkat.
"Kami dorong penuh, kami dorong pengembangan IKM dan UMKM di Bali karena Bali memiliki sumber daya itu, dan talenta masyarakat yang menggeluti dunia itu," tuturnya.
Koster mengatakan ini bukan pertama kalinya Bali ekspor ke luar negeri. Beberapa waktu lalu dia sempat melepas ekspor vanila di Jembrana. Kemudian ekspor cokelat Bali ke Eropa.
"Bahkan garam tradisional lokal Bali bagus sekali digunakan di hotel-hotel karena rasanya sangat kuat," ungkapnya.
(hsa/hsa)