Laju pergerakan harga di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami deflasi sebesar 0,55 persen pada Januari 2025. Deflasi di NTB utamanya didorong oleh potongan tarif listrik, meskipun harga pangan mengalami lonjakan.
"Masih di bawah angka nasional sebesar 0,75 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin di Mataram, Senin (3/2/2025).
Menurut Wahyudin, deflasi terjadi hampir di 34 provinsi di Indonesia. Penyebab utama deflasi di NTB adalah kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar yang mengalami penurunan harga sebesar 10,98 persen dengan andil deflasi 1,57 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terutama listrik. Deflasi di kelompok ini cukup tinggi hampir 11 persen," jelas Wahyudin.
Diketahui, pemerintah melalui PLN memberi diskon tarif listrik sebesar 50% pada Januari dan Februari 2025. Potongan tarif ini sebagai konpensasi kenaikan tarif pajak PPN dari 11 persen menjadi 12 persen.
Di sisi lain, kelompok makanan dan minuman justru mencatat inflasi sebesar 2,50 persen dengan andil 0,90 persen. Meski inflasi di sektor ini cukup tinggi, deflasi di kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar yang melebihi 10 persen membuat NTB tetap mengalami deflasi.
"Walaupun kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi cukup tinggi, tetapi karena deflasi yang terjadi di perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga lebih dari 10 persen atau hampir 11 persen, maka kita tergerus pada Januari ini terjadi deflasi 0,55 persen," ujar Wahyudin.
Lima komoditas penyumbang inflasi terbesar di NTB pada Januari 2025 adalah cabai rawit (0,38 persen), cabai merah (0,20 persen), terong (0,07 persen), sawi hijau (0,05 persen), dan tomat (0,04 persen).
Sementara itu, lima komoditas utama penyumbang deflasi meliputi tarif listrik (1,57 persen), cumi-cumi (0,06 persen), ikan layang atau ikan benggol (0,05 persen), udang basah (0,04 persen), dan angkutan udara (0,04 persen).
"Andil deflasi di NTB paling tinggi itu tarif listrik sebesar 1,57 persen," imbuhnya.
Secara tahunan, inflasi NTB masih terkendali di angka 0,68 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,45 poin. Inflasi tahunan tertinggi terjadi di Kota Mataram dengan kenaikan 1,02 persen.
Inflasi tahunan ini disebabkan oleh kenaikan harga di beberapa kelompok pengeluaran, seperti perawatan pribadi dan jasa lainnya (8,25 persen), pendidikan (3,82 persen), makanan, minuman, dan tembakau (3,05 persen), rekreasi, olahraga, dan budaya (2,12 persen), serta kesehatan (2,05 persen).
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi (yoy) pada Januari 2025, di antaranya emas perhiasan, cabai rawit, perguruan tinggi, sigaret kretek mesin (SKM), minyak goreng, daging ayam ras, cumi-cumi, cabai merah, kacang panjang, sewa rumah, kopi bubuk, udang basah, sepeda motor, nasi dengan lauk, terong, sigaret putih mesin (SPM), telur ayam ras, jeruk, sawi hijau, dan bahan bakar rumah tangga.
(dpw/dpw)