Cuaca hujan yang melanda Kabupaten Badung, Bali, dalam beberapa hari terakhir menyulitkan para pengusaha dupa. Salah satu yang terdampak adalah Putu Darta Yasa, produsen dupa di Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Badung.
Meskipun terkendala cuaca, Darta dan belasan karyawannya tetap bekerja untuk memenuhi permintaan jelang Tahun Baru Imlek 2576, yang jatuh pada Rabu (29/1/2025).
Syukurnya, Darta memiliki mesin pemanas buatan untuk menggantikan proses pengeringan dengan sinar matahari. Ia menjelaskan bahwa pengeringan menjadi tahap penting dalam pembuatan dupa berwarna, terutama dupa merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tidak dapat cuaca terik, panas yang bagus, warna merahnya pudar. Nggak mau menyala. Apalagi teksturnya, sudah dipastikan nggak mau kering maksimal," ujar Darta Yasa, Selasa (27/1/2025).
Darta menambahkan, penjemuran alami dengan sinar matahari biasanya hanya memerlukan waktu tiga jam. Namun, dengan mesin pemanas, proses pengeringan membutuhkan waktu hingga satu hari penuh, yang berdampak pada target produksi.
"Saya pakai kompresor AC. Bikin sendiri nggak pakai oven atau kompor. Makanya uap-uap panas itu yang dipakai, tambah exhaust agar ada sirkulasi. Itu yang prosesnya lama, tapi merata," jelasnya.
Meski cuaca kurang mendukung, Darta tetap menerima pesanan dupa merah yang meningkat hingga 20 persen menjelang Imlek. Ia mampu memproduksi antara 200-300 kilogram dupa merah per hari.
Beberapa dupa yang telah selesai diproduksi kini siap dikirim ke berbagai kota di Bali, termasuk Denpasar yang menjadi wilayah dominan pemesanan. "Saya kirim hampir ke semua kota di Bali. Ada saja, Denpasar dominasi. Langganan juga banyak dari Singaraja," pungkas Darta.
(dpw/dpw)