Provinsi Bali mencatat inflasi sebesar 2,34% sepanjang 2024 (yoy). Angka ini menurun dibanding catatan pada Desember 2024 dengan inflasi 2,77%.
Sementara secara bulanan (mtm), inflasi Bali pada Desember 2024 bertengger di level 0,31%/ Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,50%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Erwin Soeriadimadja mengungkapkan angka ini didukung oleh upaya pemerintah dalam memitigasi kenaikan harga barang dan jasa menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inflasi yang terjaga dalam rentang sasaran didukung oleh upaya pengendalian inflasi yang terus diperkuat melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)," kata Erwin dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikBali, Sabtu (4/1/2025).
Secara spasial, seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Bali mengalami inflasi. Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm) atau 2,69% (yoy), Badung inflasi 0,37% (mtm) atau 1,98% (yoy). Lalu Tabanan inflasi 0,49% (mtm) atau 2,44% (yoy), kemudian Singaraja inflasi 0,32% (mtm) atau 1,93% (yoy).
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih menjadi penyumbang utama inflasi sepanjang tahun 2024. Berdasarkan komoditasnya, inflasi Desember 2024 terutama bersumber dari kenaikan harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan sawi hijau," bebernya.
Adapun kenaikan harga komoditas hortikultura dan sayuran disebabkan oleh berakhirnya periode panen disertai faktor cuaca yang menghambat produksi. Di sisi lain, sambung Erwin, laju inflasi lebih lanjut tertahan oleh penurunan harga daging babi, tarif angkutan udara, daging ayam ras, kangkung, dan beras.
Sementara penurunan tarif angkutan udara disebabkan oleh kebijakan penurunan harga tiket pesawat pada periode Natal dan Tahun Baru sebesar 10%. Dia mengungkapkan, ke depan, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai.
"Seperti kenaikan permintaan menjelang libur panjang pada akhir Januari 2025, berlanjutnya kenaikan harga komoditas hortikultura seiring dengan berakhirnya panen, dan faktor cuaca," ungkapnya.
Selain itu, berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren harga global, dan kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) yang berpotensi mempengaruhi harga minyak goreng. Meski demikian, beberapa faktor diprakirakan dapat mendukung terkendalinya inflasi.
Di antaranya, perluasan areal tanam (PAT) padi di Bali yang telah mencapai 90,09% dari target Kementerian Pertanian, penguatan pasokan beras, kebijakan diskon tarif listrik, dan penurunan harga tiket pesawat pada periode tahun baru.
Menurutnya, untuk memitigasi risiko inflasi ke depan, BI Bali terus memperkuat sinergi, dan inovasi bersama seluruh Kabupaten Kota di Bali dalam upaya pengendalian inflasi yang berkesinambungan. Kolaborasi antara seluruh TPID di Bali diwujudkan melalui implementasi kebijakan 4K yang mencakup pelaksanaan operasi pasar dan pasar murah, serta Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik Pemerintah.
"Langkah-langkah lainnya meliputi penguatan pengawasan terhadap ketersediaan stok, perluasan distribusi cadangan pangan pemerintah melalui mitra distributor, Toko Pangan Kita, dan pengecer. Serta optimalisasi bantuan transportasi guna memperlancar distribusi pangan," jelasnya.
Selain itu, upaya peningkatan sarana, dan prasarana produksi pangan, penyebaran informasi pasar murah kepada masyarakat
diiringi imbauan untuk berbelanja secara bijak. Serta penguatan data neraca pangan daerah, dan integrasinya dengan data neraca pangan pusat terus dilanjutkan.
"Dengan terus memperkuat implementasi kebijakan 4K, Bank Indonesia meyakini inflasi Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%Β±1%," sebut Erwin.
(dpw/dpw)