Komisiaris PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) Dodi Miharjana mengungkapkan alasan perpanjangan rute Bali Urban Rail hingga Tanah Lot, Tabanan. Menurut dia, di Tanah Lot sudah tersedia lahan seluas 100 hektare yang bisa dibangun infrastruktur angkutan massal berbasis rel tersebut.
"Jadi lebih cepat dan mudah untuk dibangun TOD dan depo," ujar Dodi kepada detikBali, Rabu (25/12/2024).
Menurut Dodi, di daerah Cemagi, Badung, sulit mencari lahan yang luas. Padahal, sebelumnya, rute subway itu akan dibangun dari Bandara Ngurah Rai hingga Cemagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perpanjangan rute subway tersebut ke Tanah Lot karena objek wisata tersebut merupakan destinasi favorit para pelancong.
Dodi mengeklaim perpanjangan rute Bali Urban Rail sah-sah saja selagi sesuai dengan tata ruang dan tidak menyalahi aturan perizinan. Apalagi, proyek tersebut tidak menggunakan anggaran daerah.
"Justru pemerintah mendorong supaya jangkauan transportasi lebih luas," papar Dodi.
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali, Agung Bagus Pratiksa Linggih atau Ajus Linggih, menyarankan rute Bali Urban Rail dapat diperpanjang ke Jembrana hingga Buleleng. "Kalau perlu sekalian bangun sampai Jembrana dan Buleleng," tuturnya.
Sebelumnya, PT Bumi Indah Prima (BIP), kontraktor proyek Bali Urban Rail, membeli tanah Rp 5,5 triliun milik konglomerat Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo di Tanah Lot, Tabanan. Kepala Dinas Perhubungan Bali, I Gde Wayan Samsi Gunarta, mengatakan rute Bali Urban Rail yang dirancang dari Bandara Ngurah Rai bisa tembus ke Tanah Lot.
(gsp/gsp)