Alasan di Balik Nama The Keranjang

Alasan di Balik Nama The Keranjang

Aryo Mahendro - detikBali
Minggu, 22 Des 2024 11:15 WIB
Salah satu sudut The Keranjang, toko oleh-oleh di kawasan Kuta.
Foto: Salah satu sudut The Keranjang, toko oleh-oleh di kawasan Kuta. (Aryo Mahendro/detikBali)
Badung -

The Keranjang, salah satu toko oleh-oleh yang populer di kalangan wisatawan saat bertandang di Bali. Ada alasan tersendiri di balik pemilihan nama 'The Keranjang.'

Toko oleh-oleh tersebut berlokasi di Jalan Bypass Ngurah Rai Nomor 97, Kuta, Kabupaten Badung. The Keranjang berdiri untuk memenuhi kebutuhan oleh-oleh yang berbeda dan tidak hanya berbau seni.

"Orang Asia, khususnya Indonesia kalau datang ke Bali pasti membeli oleh-oleh. Karena itu, kami dan beberapa tim di sini, sepakat untuk membuat sesuatu yang lain dari yang lain," kata salah satu pemilik The Keranjang, Ni Made Ratnadi, saat ditemui detikBali di tokonya, Sabtu (21/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berawal dari pengamatan Ratnadi terhadap dunia oleh-oleh yang digandrungi para wisatawan, terutama pelancong asing, ada perubahan minat yang terjadi di Bali.

Dia melihat, Bali awalnya dipenuhi wisatawan asing asal Eropa yang gemar berburu benda seni saja di Bali. Beberapa tahun kemudian, Bali mulai membangun jaringan dengan sejumlah negara di Asia.

ADVERTISEMENT

Di antaranya China dan India. Saat itulah Ratnadi melihat banyak wisatawan asal Asia yang meluapkan hobi berbelanjanya di Bali. Dia mulai mendirikan dan membuka The Keranjang pada awal Januari 2019.

Pemilik The Keranjang Ni Made Ratnadi saat ditemui detikBali di tokonya, Sabtu (21/12/2024).Pemilik The Keranjang Ni Made Ratnadi saat ditemui detikBali di tokonya, Sabtu (21/12/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)

Bukan hanya benda seni dan budaya. Ratnadi memandang wisatawan asal negara-negara di Asia juga banyak berburu produk yang dapat dikonsumsi. Mulai dari makanan, minuman, dan pakaian khas Bali.

"Ternyata, (wisatawan dari) negara di Asia, khususnya Indonesia, itu sudah mulai banyak sekali. Otomatis menyesuaikan selera mereka," kata Ratnadi.

Selain itu, propaganda ramah lingkungan dan bebas sampah plastik, juga menjadi pemicu Ratnadi dan tim untuk mendirikan toko oleh-oleh The Keranjang.

Ratnadi mengakui tidak mudah menjalankan bisnis di The Keranjang saat awal didirikan. Sebagai pebisnis dia juga melihat toko oleh-oleh lain sebagai pesaing. Termasuk mengenai jenis barang yang dijual di toko.

Karena itu, Ratnadi mengemas toko The Keranjang sedemikian rupa agar nyaman bagi pengunjung saat berbelanja. Ratnadi juga berkerja sama dengan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan karya dari komunitas difabel dari sejumlah desa di Bali dan luar Bali.

"Berhubung kami punya kualitas, barangnya unik, dan lain sebagainya, maka orang yang datang akan menyebarkan, ngasih tahu bahwa di sini itu (ada oleh-oleh) yang unik," katanya.


Alasan di Balik Nama The Keranjang

Ratnadi mengusung konsep yang diklaim berbeda dengan toko oleh-oleh lain. Semacam, toko oleh-oleh serba ada.

"The Keranjang itu berbeda dari yang lain. Jadi, satu keranjang itu semuanya ada. Bila perlu orang tidak perlu keliling Bali, di The Keranjang ada," katanya.

Banyak jenis produk yang dijual di The Keranjang. Mulai dari boneka berbentuk hewan laut, kaus dan pakaian adat Bali, pernak-pernik dan perhiasan kerajinan tangan, koper pakaian, makanan, minuman, juga peralatan rumah tangga berbahan kayu.

Ratnadi mengatakan, ada 1.000 lebih UMKM dari Bali dan luar Bali yang menjual produknya di toko The Keranjang. Porsinya, 70 persen atau produk dari UMKM di Bali dan sisanya produk UMKM dari luar Bali.

Selain menjual produk konsumsi, The Keranjang juga menggelar acara dan kegiatan sosial. Di antaranya, kegiatan donor darah dan kegiatan bertema perayaan keagamaan seperti Nyepi, Natal, Imlek, dan lainnya.

Semua kegiatan itu dikemas dengan menyesuaikan alam dan budaya Bali. Misalnya, dikemas dengan model sistem sawah terasering dan sistem pengairannya yang disebut Subak di Bali.

"Jadi, itulah Namanya The Keranjang. Bali dalam satu keranjang. Bukan hanya karena barangnya saja. Sampai orang-orangnya dan kegiatan sosial itu masuk di sini. Itu filosofinya dari The Keranjang," katanya.




(hsa/hsa)

Hide Ads