Jelang Akhir Tahun 2024, NTB Alami Inflasi 0,56 Persen

Jelang Akhir Tahun 2024, NTB Alami Inflasi 0,56 Persen

Nathea Citra - detikBali
Senin, 02 Des 2024 20:31 WIB
Kepala BPS NTB Wahyudin saat memaparkan perkembangan inflasi di Nusa Tenggara Barat di Kantor BPS NTB, Senin (2/12/2024). (Nathea Citra/detikBali)
Foto: Kepala BPS NTB Wahyudin saat memaparkan perkembangan inflasi di Nusa Tenggara Barat di Kantor BPS NTB, Senin (2/12/2024). (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami inflasi sebesar 0,56 persen secara month to month (m-t-m) pada November 2024. Komoditas tomat, bawang merah, emas perhiasan, daging ayam ras, hingga ikan tongkol menjadi lima besar komoditas penyumbang inflasi.

"Secara month to month (inflasi) di atas nasional, tapi year on year di bawah nasional," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin di Kantor BPS, Senin (2/12/2024).

Jika dilihat dari segi andil, ada beberapa komoditas penyumbang inflasi. Di antaranya, tomat sebesar 0,18 persen, bawang merah (0,13 persen), emas perhiasan (0,07 persen), daging ayam ras (0,07 persen), dan ikan tongkol (0,05 persen).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sempat turun ke pasar kemarin, memang harga sejumlah komoditas pangan mulai naik," jelas Wahyudin.

Di sisi lain, lima besar komoditas yang memberi andil deflasi di antaranya, ikan layang (0,05 persen), ayam hidup (0,03 persen), angkutan udara (0,02 persen), jagung manis (0,02 persen), dan apel (0,01 persen). Secara kalender tahunan (yoy), pada November 2024 inflasi NTB sebesar 1,46 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,02 poin menjadi 106,55 poin. Jumlah ini mengalami sedikit kenaikan dibandingkan Oktober 2024 sebesar 1,44 persen.

Wahyudin menuturkan inflasi tahunan ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran. Di antaranya, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,87 persen.

ADVERTISEMENT

Kemudian kelompok pendidikan (3,82 persen), kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (1,99 persen), dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (1,87 persen).

Kemudian disusul kelompok kesehatan (1,84 persen), kelompok pakaian dan alas kaki (1,25 persen), kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (1,15 persen), serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau (0,94 persen). Lalu ada kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,63 persen) serta kelompok transportasi (0,60 persen).

"Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,03 persen," imbuh Wahyudin.

Sementara inflasi antar wilayah cakupan IHK di NTB, inflasi yoy tertinggi terjadi di Kota Bima sebesar 2,5 persen dengan IHK sebesar 106,89 poin. Sedangkan yang terendah terjadi di Kabupaten Sumbawa sebesar 0,64 persen dengan IHK sebesar 106,35 poin.




(nor/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads