Bali Barat Kini Paling Diminati Jadi Lokasi Investasi Properti

Bali Barat Kini Paling Diminati Jadi Lokasi Investasi Properti

Sekar Aqillah Indraswari - detikBali
Senin, 02 Des 2024 16:50 WIB
Investasi Properti di Bali Metland
Investasi Properti di Bali Metland. Foto: (istimewa)
Denpasar -

NPG Indonesia, perusahaan pengembang properti yang berbasis di Bali, mencatat wilayah Bali barat kini menjadi lokasi paling diminati sebagai lokasi investasi properti. Wilayah tersebut yakni di Kabupaten Badung antara lain Seseh, Cemagi, dan Pererenan. Lalu di Kabupaten Tabanan yakni Kedungu dan Nyanyi.

"Kawasan Sanur, Seminyak, dan Ubud tetap menjadi primadona. Namun bagi generasi yang lebih muda, mereka lebih meminati lokasi-lokasi baru yang lebih hijau dan akrab dengan alam Bali. Kawasan Nyanyi di kabupaten Tabanan sebagai salah satu contoh, telah menjadi hidden gem bagi para pencari kehidupan yang lebih dekat dengan alam," kata General Manager NPG Indonesia, Evgeny Obolentsev, melalui siaran pers, Senin (2/12/2024), dikutip dari detikProperti.

Secara bisnis, Kabupaten Tabanan bisa dikatakan sebagai salah satu kawasan yang paling prospektif untuk investasi di Bali. Kabupaten Tabanan pernah menempati posisi kelima setelah Badung, Denpasar, Gianyar, dan Jimbaran, dengan indeks permintaan properti mencapai 3,28% pada 2021. Wilayah ini juga termasuk dalam pengembangan untuk kawasan metropolitan Bali, Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahkan secara posisi indeks permintaan properti, Tabanan berada di atas Nusa Dua, Seminyak dan Ubud," ungkap Evgeny.

Menurut NPG Indonesia, perusahaan pengembang properti yang berbasis di Bali, pesatnya perkembangan industri properti di Pulau Dewata ini dipengaruhi oleh tiga hal. Pertama meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu lingkungan. Di mana mereka ingin rumah yang lebih ramah lingkungan dan rendah emisi mulai dari material hingga desainnya.

ADVERTISEMENT

"Pengembang semakin banyak memasukkan praktik bangunan hijau, sumber energi terbarukan, dan material berkelanjutan ke dalam proyek mereka. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, menarik pembeli dan investor yang peduli lingkungan," ungkap Evgeny.

Kedua, adanya transformasi digital industri real estat yang lebih maju dan bisa digital sehingga pembeli atau investor tidak perlu datang langsung setiap survei, melainkan bisa secara virtual.

Ketiga, adanya budaya bekerja baru yakni work from home atau di mana saja. Pekerja bisa bekerja di mana saja, bukan menetap di kantor sehingga banyak yang menerapkan kerja sembari liburan.

Konsep home office dengan internet berkecepatan tinggi dan lingkungan kerja yang kondusif banyak dicari oleh pekerja jarak jauh dan nomaden digital.

"Dan Bali adalah tempat yang sempurna untuk melakukan tren remote working, lantaran saat ini fasilitas penunjang paham work, life, balance tersedia dengan mudah," ujarnya.

"Di sisi lain, fokus strategis pemerintah di sektor pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan dirancang untuk menarik wisatawan dengan pengeluaran tinggi, juga meningkatkan daya tarik pulau ini sebagai destinasi premium," tambahnya.

Denpasar Makin Potensial

Harga properti di Bali naik pesat dari tahun ke tahun. Selain meningkatnya pembangunan, harga properti (capital gain) dan tingkat okupansi di Bali juga meningkat.

Tren pertumbuhan harga yang kuat dan konsisten selama tahun 2023-2024 di Denpasar juga dipengaruhi oleh sejumlah kebijakan maupun insentif dari pemerintah yang mendukung kepemilikan asing dan sektor pariwisata.

Menurut Head of Research Rumah123, Marisa Jaya, sepanjang Kuartal I 2024, Denpasar merupakan salah satu wilayah paling konsisten dan resilient dalam pertumbuhan harga tahunan dan memiliki selisih tertinggi di atas laju inflasi tahunan.

"Pasar hunian di Denpasar juga cenderung tidak terpengaruh momen Ramadan dan Idul Fitri. Hal ini menunjukkan bahwa pasar properti di Denpasar berkembang dengan baik dan menjadikannya semakin potensial dari kacamata investasi," tutur Marisa seperti yang dikutip dalam keterangan tertulis, Senin.

Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Provinsi Bali memperlihatkan, harga properti residensial di Bali terus menunjukkan tren kenaikan pada Triwulan II 2024. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) mencatat angka 104,27, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 1,86% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan IHPR triwulan sebelumnya yang berada di angka 103,81 (1,48%; yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menjelaskan lebih lanjut bahwa kenaikan harga bangunan menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan IHPR. Hasil survei menunjukkan bahwa 43% responden mengidentifikasi kenaikan harga bangunan sebagai penyebab utama naiknya harga unit rumah.

Baca selengkapnya di sini




(nor/nor)

Hide Ads