Bulog NTB Akan Impor Beras Pakistan-Myanmar 15 Ribu Ton

Bulog NTB Akan Impor Beras Pakistan-Myanmar 15 Ribu Ton

Nathea Citra - detikBali
Senin, 04 Nov 2024 02:30 WIB
Suasana gudang beras yang ada di Dasan Cermen, Kota Mataram, NTB beberapa waktu lalu. (Nathea Citra/detikBali)
Foto: Suasana gudang beras yang ada di Dasan Cermen, Kota Mataram, NTB beberapa waktu lalu. (Nathea Citra/detikBali)
Mataram -

Perum Bulog Nusa Tenggara Barat (NTB) berencana melakukan impor beras sebanyak 15 ribu ton dari Pakistan dan Myanmar, November ini. Hal ini dilakukan upaya antisipasi kekurangan stok, terlebih masa panen raya di awal 2025 diprediksi mundur.

"Jadi kemungkinan tanam (padi) mundur ya," kata Wakil Pimpinan Wilayah (Wapimwil) Bulog NTB Musazdin Said di Mataram, Minggu (3/11/2024).

Menurut Musazdin, kekeringan panjang saat ini bisa berimbas terhadap mundurnya masa tanam padi. Kecuali, ada pengairan atau irigasi yang bagus seperti di kawasan Narmada, Lombok Barat (Lobar). Sedangkan untuk daerah lainnya seperti Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan Lombok Tengah (Loteng), dinilai akan sulit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makanya ini yang kita khawatirkan, akan mundur tanamnya," imbuhnya.

Waktu tanam yang mundur tentunya berimbas pada produksi dan panen yang ikut mundur. Biasanya, tren panen raya padi berlangsung di awal tahun atau sekitar bulan April. Kekeringan panjang yang masih terjadi saat ini, kata dia bisa menjadi penyebab utama mundurnya masa tanam hingga panen padi.

ADVERTISEMENT

"Seharusnya November ini sudah mulai intens hujan, kemarin kita lihat baru sehari hujan terus sudah panas lagi," kata Musazdin.

Meski stok beras saat ini mencukupi hingga empat bulan ke depan, namun secara nasional masih kurang. Sebab beras ini tidak hanya untuk NTB saja, pihaknya juga harus menyuplai daerah defisit terdekat lainnya.

"Seperti NTT tidak ada produksi di sana, terus Bali, dan Papua juga sebagian (produksi). Ini sebagai buffer stock, tidak semata-mata untuk NTB," tutur Musazdin.

Saat ini, dia berujar, Bulog NTB masih menunggu kepastian rencana impor beras dari Myanmar dan Pakistan.

"Kami tinggal menunggu sekarang, apakah destinasinya (Myanmar dan Pakistan) jadi, tinggal tunggu kepastian saja untuk persiapannya. Tapi memang kepastiannya nanti dari kantor pusat, kami menerima kayak semacam telegram," tandasnya.

Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) dalam data BPS NTB, puncak panen padi pada 2024 berbeda dengan tahun sebelumnya, yaitu terjadi pada bulan April. Luas panennya mencapai 71,28 ribu hektare.

Puncak panen padi pada April 2024 relatif lebih rendah, turun sekitar 2,49 ribu hektare. Penurunannya setara 3,37 persen dibandingkan Maret 2023. Realisasi panen padi sepanjang Januari−September 2024 sebesar 251,44 ribu hektare. Jumlahnya turun sekitar 11,89 ribu hektare atau 4,51 persen jika dibandingkan tahun lalu.

Sementara itu, potensi luas panen padi pada Oktober−Desember 2024 diperkirakan sekitar 28,58 ribu hektaer. Dengan demikian, total luas panen padi pada 2024 diperkirakan sebesar 280,03 ribu hektare. Jumlah tersebut turun sekitar 7,49 ribu hektare atau 2,60 persen dibandingkan luas panen padi pada 2023 yang sebesar 287,51 ribu hektare.




(hsa/hsa)

Hide Ads