Kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) selama Januari hingga Juni 2024 mengalami peningkatan. Aset perbankan tumbuh 0,6 persen, kredit 0,9 persen, hingga sektor pasar modal juga tumbuh positif.
Kepala OJK NTB Rudi Sulistyo menjelaskan perkembangan perbankan di NTB berupa aset perbankan tumbuh 0,6 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 78,75 triliun. Dimana sebelumnya, periode Januari-Desember 2023 aset perbankan tembus di angka Rp 75,471 triliun.
Sementara, untuk kredit tumbuh 0,9 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 67,14 triliun. Sedangkan untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 0,6 persen (yoy) menjadi 49,28 triliun atau 0,6 persen dari nasional 99,4 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: OJK Blokir 7 Ribu Rekening Judi Online |
"Kualitas kredit masih terjaga dengan rasio 2,02 persen, lebih baik dibandingkan nasional sebesar 2,45 persen," katanya dalam kegiatan media briefing terkait Akses Keuangan untuk Masyarakat Sejahtera, Kota Mataram, Rabu (14/8/2024).
Rudi menerangkan loan to deposite ratio (LDR) untuk share aset, kredit, dan DPK di NTB sebesar 136,25 persen. Share ini lebih besar dibandingkan nasional sebesar 86,08 persen.
Jika dilakukan breakdown penyaluran kredit untuk kategori penggunaan masih didominasi konsumsi sebesar 45,7 persen. Disusul kategori modal kerja sebesar 40,5 persen serta investasi sebesar 13,8 persen.
"Untuk kategori usaha, penyaluran kreditnya masih didominasi sektor nonUMKM sebesar 67 persen. Sedangkan untuk sektor UMKM hanya sebesar 33 persen," jelas dia.
Sementara itu, untuk kategori sektor ekonomi, didominasi penerima kredit bukan lapangan usaha sebesar 45,5 persen. Kemudian disusul perdagangan besar dan ecer 19,5 persen; pertambangan dan penggalian 16,8 persen; serta pertanian, perburuan, dan kehutanan sebesar 8,7 persen.
"Terakhir di industri pengolahan 1,7 persen," ujarnya.
Di sisi lain, selain perbankan, sektor pasar modal juga tumbuh positif. Dimana, jumlah investor saham sebesar 52.187 Single Investor Identification (SID), investor reksadana 135.936 SID, dan SBN (Surat Berharga Negara) 4.376 SID. Investor saham tumbuh sebesar 31,10 persen (yoy) dan investor reksadana tumbuh 31,78 persen (yoy).
"Sedangkan surat berharga negara tumbuh 23,02 persen (yoy) dan untuk nilai kepemilikan saham sebesar Rp 3,7 triliun dengan nilai transaksi saham sebesar Rp 280 miliar. Hal itu menunjukkan tingginya kepercayaan investor dalam berinvestasi di sektor ini," tandas Rudi.
(nor/nor)