Antrean parah terjadi di SPBU di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa minggu terakhir lantaran kelangkaan Pertalite. Namun, Pertalite justru bisa ditemukan di pedagang bensin eceran dengan harga yang melambung tinggi.
"Kami menerima banyak keluhan dan informasi dari warga Sabu Raijua adanya antrean panjang di dua SPBU di Sabu Raijua. Akibatnya warga terpaksa membeli Pertalite di pengecer dengan harga sebesar Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu di botol air mineral ukuran besar (sekitar 1,5 liter)," ujar Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT Darius Beda Daton kepada detikBali, Selasa (4/6/2024).
Darius mengungkapkan kondisi itu sudah berlangsung sejak beberapa minggu lalu. Warga juga menyampaikan pembelian Pertalite oleh mobil pikap tidak menggunakan barcode sehingga mobil yang sama bisa bolak-balik ke SPBU untuk mengisi Pertalite berkali-kali untuk dijual kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal BBM bersubsidi seperti solar dan Pertalite tidak untuk diperjualbelikan. Karena itu tidak dibenarkan, jika BBM subsidi dijual bebas di pinggir jalan oleh para pengecer, apalagi dengan harga yang mencekik," ungkap Darius.
Menurut Darius, harga eceran yang semakin mencekik justru akan memicu kenaikan harga barang lainnya. Untuk itu, Ombudsman NTT meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sabu Raijua agar segera menertibkan penjual eceran BBM bersubsidi.
"Jangan sampai pemkab membiarkan warga membeli BBM dengan harga yang jauh di atas harga BBM per liter. Untuk memastikan ketersediaan stok, kami telah berkoordinasi dengan PT Pertamina Cabang Kupang guna menyampaikan keluhan warga Sabu Raijua," kata Darius.
Kepada Ombudsman, Darius melanjutkan, Pertamina menyampaikan bahwa saat ini stok BBM di sabu Raijua tersedia hingga 10 hari ke depan. Bejitu juga laporan stok harian dari dua SPBU di Sabu Raijua masih tersedia.
"Dengan demikian masalah di sana bukan stok BBM habis namun antrean terlalu panjang sehingga warga memilih membeli di pengecer," terang Darius.
Darius menegaskan menegaskan pada prinsipnya BBM bersubsidi dilarang untuk diperjualbelikan dan wajib ditertibkan karena merupakan pelanggaran yang dapat menimbulkan kegaduhan.
"Untuk memastikan penegakan hukum terkait persoalan ini, kami juga telah berkoordinasi dengan Kasat Reskrim Polres Sabu Raijua guna mengecek kebenaran keluhan masyarakat dimaksud," imbuh Darius.
"Jika benar, maka satgas BBM Sabu Raijua segera menindak tegas para penimbun atau pemilik kendaraan yg mengisi BBM bersubsidi berkali-kali dalam sehari dengan maksud untuk dijual," tandasnya.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relation dan CSR Pertamina Patraniaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, memastikan stok BBM di Sabu Raijua aman dan tersedia di sejumlah SPBU.
"Sejauh ini belum ada informasi (soal kelangkaan BBM) karena setiap dua hari kami terus memonitoring stoknya dan barangnya (BBM) memang ada stoknya," kata Ahad.
Dia menegaskan peran pemerintah kabupaten (pemkab) setempat dan aparat penegak hukum (APH) sangat dibutuhkan untuk menertibkan para pengencer. Sebab, harga eceran tertentu (HET) merupakan ranah mereka.
"Kemarin di Rote Ndao juga terdapat isu yang sama, namun peranan pemkab di sana sangat aktif untuk mengeluarkan surat edaran agar BBM dijual secara eceran bukan yang bersubsidi. Kurang lebih, nanti di Sabu Raijua juga kami mendorong seperti di Rote Ndao," jelas Ahad.
(hsa/gsp)