PT Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus menyoroti maraknya aktivitas pengepul bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kondisi ini turut menyebabkan antrean panjang di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), termasuk di Kabupaten Belu.
"Aktivitas pengepul BBM bersubsidi ini menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat khususnya di Kota Waingapu, Sumba Timur dan saat ini jumlah penjualan eceran BBM bersubsidi semakin banyak di pinggir jalan," ujar Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (1/6/2025).
Ahad mengatakan antrean panjang ini disinyalir adanya pembelian dari pengepul BBM bersubsidi. Para konsumen yang merupakan spekulan BBM bersubsidi menggunakan sepeda motor untuk melakukan praktik pembelian BBM bersubsidi secara berulang-ulang untuk diecerkan kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga beberapa pekan terakhir ini, marak antrean panjang pengisian BBM untuk produk pertalite di Kabupaten Belu hingga Sumba Timur yang didominasi kendaraan roda dua," kata Ahad.
Ahad menjelaskan Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus telah melaksanakan upaya koordinasi internal dan eksternal perusahaan. Dari segi internal sendiri, pertamina telah melakukan prioritas pengiriman BBM setiap pukul 06.00 Wita tiap harinya ke SPBU. Kemudian dari segi eksternal, pertamina berkoordinasi masif dengan pemerintah daerah dan aparat penegak hukum terkait penertiban pedagang eceran BBM bersubsidi.
Menurut Ahad, aktivitas pengepul BBM bersubsidi itu semakin marak terjadi dan menimbulkan keresahan masyarakat. Sehingga peran lintas sektor sangat dibutuhkan untuk kondisi tersebut agar masyarakat dipastikan langsung memperoleh BBM bersubsidi.
Sebagai tindak lanjut, Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus bersama pemerintah daerah Sumba Timur telah melaksanakan pemasangan spanduk di SPBU 54.87102 Waingapu sebagai imbauan penyalahgunaan BBM bersubsidi hari ini, Minggu.
"Kami bersama pemerintah daerah dan aparat penegak hukum setempat akan terus melaksanakan upaya masif untuk menertibkan para spekulan yang membeli BBM untuk dijual kembali, karena hal tersebut menyebabkan antrean panjang dan penyaluran yang tidak kondusif," jelas Ahad.
Ahad menambahkan Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus telah memberikan imbauan ke setiap SPBU agar tidak menjual BBM bersubsidi kepada pengepul dan lebih mengutamakan konsumen langsung. Namun, hal itu hanya bisa diwujudkan dengan dukungan lintas sektor yang ada di masyarakat.
"Memberikan pelayanan terbaik masyarakat menjadi prioritas utama pertamina dalam menjalankan bisnis perusahaan, tetapi diperlukan dukungan lintas sektor termasuk masyarakat untuk sama-sama melakukan pengawasan penggunaan BBM bersubsidi agar tepat sasaran dan tidak dimanfaatkan oleh para spekulan," pungkas Ahad.
Modus Modifikasi Tangki Mobil
Kapolres Sumba Timu, AKBP Gede Harimbawa mengatakan modus penyalahgunaan itu dilakukan dengan membeli BBM bersubsidi dalam jumlah besar oleh pihak tertentu. BBM subsidi itu kemudian dijual kembali dengan harga tinggi.
"Salah satu bentuk penyalahgunaan yang sering terjadi adalah pembelian BBM bersubsidi dalam jumlah besar oleh pihak-pihak tertentu untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi," kata Gede dalam keterangan tertulis, Minggu (1/6/2025).
Modus lainnya dengan memodifikasi kendaraannya agar bisa membeli BBM subsidi dalam jumlah banyak di SPBU. Caranya dengan mengganti tangki kendaraan dengan tangki berukuran besar atau dimodifikasi menjadi tangki berukuran lebih besar.
"Tak jarang pula, pelaku menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi untuk mengangkut BBM secara ilegal dari SPBU ke tempat penyimpanan yang tidak memiliki izin," ujar Gede.
Penyalahgunaan BBM ini kini menyebabkan terjadinya antrean panjang kendaraan di SPBU di Sumba Timur. Gede minta seluruh elemen masyarakat untuk tidak melakukan penyalahgunaan BBM bersubsidi.
"Guna menjaga distribusi energi yang adil dan mencegah praktik ilegal yang dapat merugikan negara serta masyarakat," tegas Gede.
(nor/nor)