Cerita Debt Collector Banting Setir Tanam Tomat, Raup Jutaan Rupiah

Kupang

Cerita Debt Collector Banting Setir Tanam Tomat, Raup Jutaan Rupiah

Yufengki Bria - detikBali
Minggu, 25 Feb 2024 22:49 WIB
Dance Asanab saat berada di lahan tomatnya di RT 01, RW 01, Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT. (Yufengki Bria/detikBali).
Foto: Dance Asanab saat berada di lahan tomatnya di RT 01, RW 01, Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT. (Yufengki Bria/detikBali)
Kupang -

Seorang mantan debt collector alias penagih utang, Dance Asanab (45), asal RT 01, RW 01, Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), beralih profesi menjadi petani tomat. Dia sukses membudidayakan 20.500 pohon tomat di kebunnya. Kini, Dance bisa meraup jutaan rupiah setiap kali panen.

"Jadi, ada 51 bedeng yang saya tanami tomat. Setiap bedengan itu ada 402 pohon," kata Dance saat ditemui detikBali di kebunnya, Minggu (25/2/2024).

Dance menceritakan ribuan tomat itu ditanam pada Desember 2023. Saat itu Kota Kupang sedang dilanda bencana kekeringan. Namun, hal itu tak mematahkan semangat Dance. Dia mengandalkan air dari mobil tangki. Untuk menyiram tanamannya, Dance butuh tiga tangki setiap hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama satu bulan itu, saya terpaksa beli air tangki dengan harga setiap tangki Rp 80 ribu," ceritanya.

Kini, tomat yang ditanam pada lahan seluas 2 hektare (ha) itu sudah enam kali panen dengan total 600-700 kilogram dalam setiap kali panen. Kemudian, Dance menjualnya di Pasar Inpres Naikoten, Oebobo, dan Oeba dengan harga per kilogram Rp 17 hingga 20 ribu.

Dance Asanab saat berada di lahan tomatnya di RT 01, RW 01, Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT. (Yufengki Bria/detikBali)Dance Asanab saat berada di lahan tomatnya di RT 01, RW 01, Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT. (Yufengki Bria/detikBali)

"Kalau keuntungan rata-rata Rp 6 sampai 7 juta untuk setiap kali jual, tapi tergantung daya beli masyarakat. Namun, saat ini harga tomat sedang melonjak," tuturnya.

Dance mengaku termotivasi untuk budidaya tomat berawal saat berhenti menjadi penagih utang pada 2016. Memasuki 2019, Dance mulai memikirkan untuk mengolah lahannya yang terbilang luas. Dia pun berniat menanam tanaman hortikultura seperti tomat dan lombok.

"Saya sangat mencintai tanaman hortikultura karena hasilnya sangat membantu. Tomat ini setiap minggu saya panen dua kali," bebernya.

Selain, tomat, Dance juga menanam 15 ribu buncis dan 10 ribu anakan cabai. Kini, tanaman itu sedang memasuki fase berbunga. Sehingga diperkirakan bisa dipanen pada Maret 2024.

"Ini masih berbunga, sekitar Maret sudah bisa panen. Biasanya ada yang datang beli langsung di sini," imbuhnya.

Dance memotivasi kepada masyarakat Kota Kupang agar mulai mengolah lahan tidur alias tidak dimanfaatkan dengan tanaman hortikultura seperti tomat, lombok, terong, buncis, dan sebagainya.

"Karena kebutuhan sayur-mayur bagi masyarakat di Kota Kupang pasti dari petani. Karena ini harus fungsikan lahan untuk menanam sebanyaknya," tandas Dance.




(hsa/hsa)

Hide Ads