20 Pengusaha Difabel di Denpasar Dilatih Buat Kemasan Produk

20 Pengusaha Difabel di Denpasar Dilatih Buat Kemasan Produk

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Rabu, 21 Feb 2024 04:30 WIB
Peserta pelatihan UMKM difabel sekaligus pemilik Stika Aksesoris I Ketut Suartika saat memperhatikan kemasan produk di salah satu kampus di Denpasar, Selasa (20/2/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri)
Foto: Peserta pelatihan UMKM difabel sekaligus pemilik Stika Aksesoris I Ketut Suartika saat memperhatikan kemasan produk di salah satu kampus Denpasar, Selasa (20/2/2024). (Ni Made Lastri Karsiani Putri)
Denpasar -

Sebanyak 20 pengusaha difabel di Kota Denpasar, Bali, dilatih untuk membuat kemasan produk oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Denpasar. Pelatihan dilakukan sebagai upaya dari Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar membawa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) milik para difabel naik kelas.

Koordinator Graha Nawasena atau Rumah Harapan Gede Anan Suwarya menjelaskan pelatihan digelar karena peserta selama ini mengalami kendala dalam pengemasan dan pemasaran produk. Peserta yang dilatih memiliki latar belakang sebagai pelaku usaha kuliner, pakaian, hingga handicraft.

"Ini karena dari tampilan (produk) bisa memancing konsumen untuk membeli dan tentunya dari pemasaran juga. Makanya kami buatkan mereka pelatihan untuk menambah wawasan dalam mengemas dan memasarkan produk," kata Anan di Denpasar, Selasa (20/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anan menuturkan pelatihan digelar dari 19 sampai 21 Februari 2024. Pelatihan diikuti 20 difabel, di antaranya tuna rungu, tuna netra, hingga tuna fisik.

Peserta selama pelatihan menunjukkan antusias yang tinggi, mulai dari sesi pemberian teori hingga mengunjungi salah satu kampus di Denpasar.

ADVERTISEMENT

Anan berharap pelatihan ini dapat menjadikan peserta berdikari dalam ekonomi. Di sisi lain, Pemkot Denpasar telah memiliki Graha Nawasena yang memberikan kesempatan difabel beraktivitas, baik berwirausaha hingga mendapatkan pelatihan.

"Ke depannya kami sudah merencanakan akan ada pelatihan barbershop dengan menyasar difabel, khususnya difabel tuna rungu karena dari fisik mereka bisa melakukan giat seperti itu," sebutnya.

Peserta pelatihan sekaligus pemilik Stika Aksesoris I Ketut Suartika mengungkapkan antusiamenya dapat terlibat dalam pelatihan itu. Menurutnya, pelatihan tersebut penting bagi perkembangan UMKM-nya.

"Kebetulan saya di UMKM aksesoris membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas bagaimana membuat barangnya lebih elegan dipandang konsumen," ujarnya. Ia sudah tak sabar menyelesaikan pelatihan untuk dapat langsung mempraktekkan ilmu yang didapat.

Suartika telah menekuni dunia aksesoris selama 15 tahun sebagai karyawan. Ia kemudian mencoba membuka usaha sendiri. UMKM-nya berfokus pada pembuatan aksesoris secara handmade, seperti produk cincin, anting, gelang kaki, hingga kalung.

Harga yang dibanderolnya mulai dari Rp 12 ribu sampai Rp 500 ribu. Penjualannya pun telah menjangkau pasar Kuta, Canggu, dan wilayah lainnya.

Suartika berharap Dinsos Denpasar dapat menambah pelatihan-pelatihan yang diperuntukkan bagi difabel. "Agar kami sebagai kaum difabel bisa sedikit tidaknya bergabung dengan non difabel. Kami juga bisa lebih aktif karena pemahaman lebih luas (yang didapat dari pelatihan)," imbuhnya.




(hsa/iws)

Hide Ads