Warga di Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, menggelar festival bulung. Sebanyak 50 kilogram (kg) bulung dibagikan secara cuma-cuma alias gratis dalam acara Serangan Festival di Lapangan I Wayan Bulit.
"Festival bulung ini kami rencanakan ada 50 kg bulung, kami ambil dari nelayan-nelayan yang ada di Serangan," kata Ketua Panitia Serangan Festival sekaligus Ketua Karang Taruna Baruna Jaya Kelurahan Serangan I Wayan Wialya kepada detikBali, Jumat (1/12/2023).
Bulung adalah makanan khas di wilayah Pulau Serangan yang terbuat dari rumput laut. Festival bulung ini digelar sebagai upaya warga Kelurahan Serangan dalam melestarikan kuliner khas setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa (digelar festival) bulung, karena bulung sudah sangat terkenal sekali yaitu di Serangan, karena kalau masalah bulung di Kota Denpasar ya (masyarakat) tahunya di Serangan," ungkap Wialya.
Festival bulung dilakukan di tengah acara Serangan Festival. Pantauan detikBali di lokasi, bulung disiapkan sebanyak tiga wadah yang berukuran besar. Bulung itu kemudian dicampur dan diberikan bumbu kuah pindang atau ikan tongkol.
Bulung yang sudah tercampur disajikan dalam wadah dan dibagikan kepada warga yang hadir dalam Serangan Festival. Anak-anak, remaja hingga orang tua ikut menikmati bulung yang disajikan secara gratis.
Wialya menjelaskan festival bulung diadakan karena makanan ini telah menjadi kuliner khas bagi warga di Pulau Serangan. Terlebih selama ini belum ada masyarakat lain yang mengadakan festival untuk makanan serupa.
"Jadi (bulung) menjadi ciri khas warga daerah Serangan, makanya kami berkeinginan untuk (mengadakan festival bulung) itu. Karena dari dulu juga dikenal kalau berbicara masalah rujak bulung ya adanya di Serangan. Makanya ada inisiatif untuk mengadakan festival rujak bulung," tegasnya.
Wialya menjelaskan bulung merupakan makanan yang terbuat dari rumput laut yang tumbuh di wilayah Pulau Serangan. Rumput laut ini dicampur dengan bumbu khas Bali, termasuk kuah pindang.
Bulung telah menjadi kuliner khas di wilayah Kelurahan Serangan. Wialya menyebut bahwa hampir semua anak-anak muda suka dengan makanan yang terbuat dari rumput laut tersebut.
"Jadi hampir semua anak muda suka dengan rujak bulung. Jadi kalau misal ada kegiatan apa makan bersama di acara keluarga rujak bulung ini yang selalu ditampilkan, selalu ada di setiap momen kegiatan," terangnya.
Terlebih bulung memang selalu ada di setiap musim apapun, baik panas maupun penghujan. Bulung ini dahulu telah menjadi makanan pokok bagi masyarakat di Kelurahan Serangan.
"(Keberadaan bulung ini) sudah sangat lama sekali, karena itu menjadi makanan khas masyarakat Serangan," ungkap Wialya.
Rumput laut yang dijadikan sebagai bulung awalnya tumbuh begitu saja di perairan wilayah selatan Bali, termasuk di wilayah Pulau Serangan. Para nelayan kemudian mengambil rumput laut tersebut dan dijadikan sebagai bulung.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan pengetahuan, para nelayan juga melakukan penanaman terhadap rumput laut yang dijadikan bulung. Masyarakat kemudian menjadikan bulung sebagai makanan pokok.
"Awalnya memang tumbuh sendiri saja, nah dimanfaatkan oleh warga Serangan. Akhirnya jadi makanan pokok, ada nasinya dicampur dengan rujak bulung," jelasnya.
Menurut Wialya, cara penyajian bulung ini cukup sederhana. Khusus untuk bulung boni, rumput laut yang telah dipanen kemudian dibersihkan dengan air kemudian ditambahkan dengan bumbu. Bulung kemudian langsung dapat dimakan.
"Itu yang rujak bulung boni. Ada juga rujak bulung yang lain, kami rendam di air hangat celupkan 15 menit. Setelah itu ambil bisa disajikan langsung. Jadi masih fresh, masih segar," ungkapnya.
(hsa/nor)