Alat musik kalimba menjadi peluang usaha yang menjanjikan di Kabupaten Jembrana, Bali. Salah seorang perajin kalimba dari batok kelapa bernama Ni Kade Putri Mustika mampu meraup omzet hingga Rp 200 juta per bulan.
Mustika mengatakan usaha yang diberi nama Ngurah Handycraft ini sudah berjalan sejak 2012. Awalnya, suaminya bekerja sebagai pembuat kalimba di perusahaan milik tetangganya.
![]() |
Namun, karena situasi ekonomi, suaminya memutuskan untuk membuat sendiri dan mencari pasar untuk kalimba miliknya. "Awalnya saya dan suami coba membuat di rumah, kemudian mencari target pasar di wilayah kunjungan wisata. Setelah berjalan beberapa tahun, sudah memiliki langganan hingga saat ini ekspor ke Afrika," kata Mustika ditemui detikBali, Minggu (22/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mustika mendapatkan bahan baku batok kelapa dari Kabupaten Karangasem. Sebab, kualitas batok kelapa dari Karangasem dinilai lebih bagus dibandingkan batok kelapa di Jembrana.
"Kalau kelapa di Jembrana kebanyakan masih muda sudah dipanen sehingga kurang bagus," jelasnya.
Saat ini, Mustika memiliki 26 karyawan yang membantunya memproduksi kalimba setiap hari. Dalam sehari, mereka bisa menyelesaikan sebanyak 800 kalimba siap kirim.
"Kami harus memenuhi pesanan sebanyak 4.000 buah kalimba per minggu, jadi kami masih kewalahan untuk memenuhi kebutuhan pesanan dari Ubud, Sukawati, serta ekspor ke Afrika," papar Mustika.
Mustika mengatakan harga satu buah alat musik asal Afrika itu dibanderol Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu sesuai ukuran dan motifnya. Harga tersebut akan berubah-ubah sesuai kondisi di pasaran.
Sebab, saat ini masih belum ada kelompok perajin kalimba sehingga belum ada kesetaraan harga.
"Motifnya bebas sesuai pesanan. Namun, biasanya sesuai daerah pesanan ada yang bergambar gajah, singa, burung, hingga lumba-lumba. Intinya kami sesuaikan apa yang diminta," ujar Mustika.
Ia menyebut kendala utama yang dialaminya saat ini, yakni kekurangan mesin serta karyawan. Sementara, untuk limbah berupa serbuk batok kelapa hasil penghalusan juga akan diolah agar tidak mengganggu masyarakat.
![]() |
"Rencananya kami akan kembangkan limbah serbuk batok kelapa ini sebagai dasar pembuatan dupa, jadi seluruhnya tidak ada yang terbuang," imbuh Mustika.
Mustika berharap usahanya ini bisa terus berkembang dan bisa mengekspor kalimba ke luar negeri secara mandiri. "Kami masih awam untuk ekspor, jadi harapannya dibimbing oleh pemerintah agar bisa ekspor mandiri," tandasnya.
(nor/nor)