Kisah Pengusaha Watersport Banting Setir Bisnis Seafood dari Atas Kapal

Kisah Inspiratif

Kisah Pengusaha Watersport Banting Setir Bisnis Seafood dari Atas Kapal

I Wayan Sui Suadnyana - detikBali
Sabtu, 27 Mei 2023 12:55 WIB
Made Sukarya, menunjukkan berbagai menu seafood di atas kapal, Senin (22/5/2023). (I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Foto: Made Sukarya, menunjukkan berbagai menu seafood di atas kapal, Senin (22/5/2023). (I Wayan Sui Suadnyana/detikBali)
Denpasar -

Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar menjadi salah satu tempat di Bali yang cocok untuk menikmati makanan laut alias seafood. Salah satunya di Warung Pondok Bawang, Jalan Tukad Punggawa Nomor 24, Kelurahan Serangan.

Pemilik Warung Pondok Bawang Made Sukarya (47) menceritakan warung yang menawarkan sensasi makan di atas kapal itu mulai dirintis pada 2019 saat COVID-19 mulai menyeruak. Sebelum itu, dirinya berbisnis di watersport dengan mengandalkan wisatawan asal China.

Kemunculan COVID-19 di Negeri Tirai Bambu pada waktu itu mulai membuat bisnis watersport-nya oleng. Sebab secara otomatis kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata China mulai sepi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sukarya kemudian memutuskan untuk membuka usaha warung dengan menawarkan seafood. Usaha itu ia buat dengan berbekal pengalaman selama 10 tahun bekerja di salah satu restoran seafood di Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.

"Awalnya sih warungnya kecil. Terus tiga bulan saya sudah bisa lihat hasilnya. Karena berdasarkan pengalaman yang saya punya dulu bekerja di Jimbaran lama juga di seafood, (jadi) spesial Warung Pondok Bawang itu hanya mengolah seafood," ungkapnya kepada wartawan saat ditemui di beberapa waktu lalu.

Pakai Kapal Bekas Watersport

Tiga bulan berjalan warung sudah mulai ramai akibat promosi intens yang dilakukan Sukarya secara digital melalui Facebook, Instagram, hingga Google. Sukarya akhirnya mulai merekrut beberapa warga Serangan sebagai karyawan.

Sejak usahanya itu mulai ramai, Sukarya akhirnya berpikir untuk memanfaatkan kapal bekas bisnis watersport-nya. Kapal itu kemudian dibawa ke Serangan dan dipakai untuk mendukung usaha warung seafood miliknya dan ditempatkan di sela-sela hutan mangrove dekat warung.

"Saya berusaha menggali potensi yang ada di hutan mangrove ini dengan manfaat kapal yang tidak terpakai, saya pakai warung, bukan restoran. Intinya kapal ini bukan sebagai restoran, tapi sebagai destinasi wisata untuk tempat menikmati makanan. Karena warung atau restoran saya itu berada di rumah sendiri tempat masaknya," tuturSukarya.

Kapal yang kini dipakai untuk mendukung usaha warung seafood-nya itu awalnya digunakan untuk tempat tunggu atau titik kumpul wisatawan. Wisatawan berkumpul di atas kapal itu sebelum menikmati atraksi watersport seperti snorkeling, sea walker dan diving.

Kapal itu memiliki kapasitas hingga 200 orang saat dipakai dalam usaha watersport. Namun ketika digunakan untuk usaha warung seafood, kapasitasnya berkurang 50 persen karena harus meletakkan meja dan kursi.

Sukarya menaruh kursi sebanyak 80 buah di atas kapal itu. Jumlah itu masing-masing terdiri atas 40 kursi baik di lantai bawah maupun atas.

Sukarya menegaskan belum berencana memanfaatkan kapal tersebut kembali untuk bisnis watersport meski pariwisata Bali mulai pulih pasca pandemi COVID-19. Sebab, bisnis watersport membutuhkan modal yang cukup besar.

"Karena untuk memulai watersport pun itu kayaknya butuh dana yang besar. Kalau tidak ada pengembangan pariwisata yang signifikan bisnis kita mubasir di situ," tegasnya.

Karena itu, Sukarya masih akan mempertahankan kapal tersebut untuk mendukung keberadaan bisnis warung seafood miliknya. Hal itu juga sebagai upaya untuk mendukung perekonomian masyarakat di Serangan.

"Makanya tetap akan saya manfaatkan bisnis yang bisa menghidupi keluarga dan orang-orang yang bekerja dengan kami di sini, terutama di sini di Serangan, masyarakatnya. Karena kami bekerja sama dengan yang namanya nelayan lokal yang ikannya didapat langsung (dibawa) ke tempat kami," kata dia.

Seafood Berbumbu Khas Serangan

detikers bisa menikmati sajian seafood Warung Pondok Bawang di Serangan dari atas kapal. Pengalaman itu detikers bisa jumpai Sajian seafood di warung ini menggunakan bumbu khas masyarakat setempat.

Sukarya mengatakan sengaja menggunakan bumbu khas Serangan dalam sajian seafood-nya. Hal itu dilakukan demi mengangkat cita rasa bumbu Serangan agar bisa dinikmati masyarakat internasional.

"Saya mengutamakan service dan cita rasa masakan lokal Serangan yang saya angkat, biar taste-nya itu menjadi taste internasional," kata Sukarya.

Adapun berbagai bumbu khas Serangan yang dipakai dalam sajian seafood di Warung Pondok Bawang seperti bumbu rajang, sambal matah, hingga kesuna cekuh. Namun, cita rasa bumbu tersebut sedikit dimodifikasi sehingga cocok di lidah warga negara asing (WNA).

"Kayak bumbu rajang, bule kan nggak bisa (memakannya), tapi kan ada sedikit teknik lah yang saya punya, dari pengalaman itu saya kemas biar bisa bule pun bisa menikmati sambal matah, bumbu rajang," ungkapnya.

Sukarya sendiri sudah tidak asing lagi dengan keberadaan berbagai bumbu khas Serangan. Sebab, berbagai bumbu tersebut kerap dibuat oleh ayah dan ibunya dari sewaktu ia masih kecil.

Bumbu khas Serangan, jelas Sukarya, sebenarnya dulunya dipakai oleh masyarakat setempat dalam olahan daging penyu. Ia menyebut aroma berbagai bumbu tersebut tidak asing di masyarakat Bali, khususnya warga Kota Denpasar.

"Jadi ciri khas aroma (bumbu Serangan), orang Bali itu, terutama yang (dari)Denpasar, itu tahu betul. (Bumbu Serangan) itu yang saya angkat di sini," terangnya.

Ada berbagai menu yang ditawarkan oleh Sukarya di Warung Pondok Bawang. Dari sekian menu tersebut, terdapat menu-menu andalan seperti kerang bakar bumbu Serangan, sup ikan bumbu rajang, dan cumi kesuna cekuh.

Untuk diketahui, Warung Pondok Bawang yang menawarkan sensasi makan seafood di atas kapal ini buka setiap hari dari pukul 10.00 Wita hingga 22.00 Wita. Detikers yang menikmati seafood di sana dapat merogoh kocek antara Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per menu.

Warung seafood ini biasanya ramai dikunjungi saat kunjungan wisatawan ke Bali mengalami high season. "Kalau musim sih biasa biasa saja, kalau destinasi wisata di Indonesia (ramainya) umumnya lebaran, tahun baru, itu sudah pasti ramai," tutur Sukarya.




(nor/iws)

Hide Ads