Dengan dibantu sejumlah pekerjanya, Nur Hasan (40), warga Desa/Kecamatan Gucialit, Lumajang mengubah limbah batok kelapa menjadi produk bernilai ekspor. Produk ini berupa briket arang.
Ide awal membuat briket arang batok kelapa ini bermula dari melihat banyaknya limbah batok kelapa yang hanya terbuang sia-sia di Kecamatan Gucialit. Pria berusia 40 tahun tersebut, kemudian berinovasi dan membuatnya menjadi briket arang sejak tahun 2023.
"Ide awal membuat briket arang batok kelapa ini dari melihat banyaknya limbah batok kelapa yang tidak terpakai. Kemudian, saya mengubahnya menjadi briket arang," ujar Nur Hasan kepada detikJatim, Selasa (12/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Saat ini, produk briket arang batok kelapa hasil produksinya, tidak hanya memenuhi permintaan dalam negeri, tapi telah menembus pasar mancanegara, yakni Turki dengan permintaan sebesar 36 ton per bulan.
"Untuk permintaan briket arang batok kelapa ini tidak hanya sejumlah kota di dalam negeri tapi sudah menembus ekspor di antaranya Negara Turki," terang Nur Hasan.
Briket arang batok kelapa memiliki keunggulan dibandingkan arang konvensional. Seperti ramah lingkungan, daya bakar yang lebih lama, serta kemudahan dalam penggunaannya.
![]() |
Dengan inovasinya, Nur Hasan membuktikan bahwa limbah tempurung kelapa bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi, sekaligus membuka peluang ekonomi baru di daerahnya.
Briket arang batok kelapa dijual seharga Rp 30.000 per kilogramnya. Dalam satu bulan, Nur Hasan bisa meraup cuan hingga Rp 50 juta.
"Dari usaha pembuatan briket arang batok kelapa ini bisa mendapatkan keuntungan bersih Rp 50 juta," pungkas Nur Hasan.
(irb/hil)